Tanggamus, Lampung (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, meminta kader partainya untuk mengkampanyekan politik pertanahan Joko Widodo kepada rakyat.
 
"Sampaikan kepada rakyat politik pertanahan Pak Jokowi. Itu adalah program yang fundamental, keberpihakan kepada wong cilik," kata dia,  saat menggelar rapat konsolidasi bersama tiga DPC PDI Perjuangan Lampung, yaitu Kabupaten Tanggamus, Pesisir Barat, dan Lampung Barat, di Islamic Center Tanggamus, Sabtu. 
 
Saat debat putaran kedua antara Jokowi dan Prabowo Subianto, dia menilai petahana diserang sebanyak 20 kali. Jokowi sendiri tercatat menyerang sebanyak 13 kali, tetapi saat Jokowi mengangkat masalah ratusan ribu hektare tanah milik Prabowo, informasi itu telah membuka mata rakyat. 
 
Bagi Jokowi, tanah menjadi komoditas paling tinggi untuk dimiliki rakyat. Jokowi juga tidak pernah memberikan tanah kepada elite. Berbeda pada kepemimpinan Soeharto yang merupakan mantan mertua Prabowo, tanah kerap dibagikan kepada kroni-kroninya. 
 
Akibat dari pembagian konsesi lahan besar kepada elite, hingga saat ini mewarisi konflik agraria yang menjadi pertarungan antara elite dengan rakyat kecil. 
 
Namun, konflik tersebut secara perlahan ditanggulangi oleh Jokowi dengan memberikan sertifikasi tanah. 
 
"Pak Jokowi juga menolong Lampung yang akan membangun pabrik karet. Bersama Kementerian PU akan membeli karet dari petani. Ternyata aspal bisa dibuat dari karet," katanya. 

Ia menilai Jokowi sangat memahami skala prioritas untuk menyelesaikan masalah rakyat, seperti menyelesaikan masalah temurun, yaitu impor. 
 
Jika kubu Prabowo-Sandi kerap menjanjikan penghentian impor, maka Jokowi sudah meletakkan dasar-dasar kedaulatan pangan, diantaranya  pembangunan waduk, bendungan, jalan dan insentif buat peneliti menciptakan bibit serta benih berkualitas.
 
"Kami pun menjanjikan Jokowi akan melanjutkan politik pertanahan itu jika terpilih dengan KH Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019," kata dia.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019