Jakarta (ANTARA) -

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati mengatakan ada 2.200 mitra bestari atau reviewer yang bersertifikasi internasional yang terlibat dalam penyaringan penelitian yang mendapatkan dana hibah pemerintah dalam kerangka Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk riset dan pengabdian kepada masyarakat tahun 2019.

"Reviewer-nya orang-orang yang kita sertifikasi. Kita sudah punya 2.200 reviewer dari perguruan tinggi maupun lembaga pemerintah non kementerian disertifikasi secara internasional," tutur Dimyati kepada wartawan di sela-sela acara Peluncuran Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2019, Jakarta, Jumat sore.

Dia menuturkan reviewer yang lolos sertifikasi intenasional dari lembaga yang memiliki akreditasi internasional bisa menjadi reviewer tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.

"Karena yang mensertifikasi lembaga yang punya akreditasi internasional dan kita kerja sama dengan mereka dan juga Badan Standardisasi Nasional," ujarnya.

Proposal penelitian yang terdaftar akan dicek terlebih dahulu untuk kelengkapan administrasinya.

"Kalau sudah sesuai kita minta tolong kepada reviewer yang kita sertifikasi itu untuk menyaring apakah substansi ini memenuhi kriteria yang kita harapkan setidaknya misalnya apakah memenuhi prioritas strategis nasional, secara substansinya layak atau tidak, edisi anggaran layak atau tidak dan seterusnya, kemudian oleh reviewer ditetapkan, kemudian nanti diberikan kepada kita untuk kita tetapkan apakah anggarannya tersedia seperti yang ditetapkan oleh reviewer atau tidak," tuturnya.

Pemerintah mengucurkan pendanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk riset dan pengabdian kepada masyarakat tahun 2019 sebesar Rp1,52 triliun bagi para peneliti.

Total Rp1,52 triliun tersebut terdiri dari dana penelitian sebesar Rp1,39 triliun dengan jumlah judul penelitian sebanyak 16.253 judul dan dana pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp133,85 miliar dengan jumlah judul sebanyak 2.281 judul.

Untuk memastikan program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat itu membuahkan hasil, dia mengatakan setelah ada kontrak kerja sama dengan para peneliti, maka akan ada tim yang juga sebagian besar berasal dari kalangan mitra bestari atau "reviewer" untuk melakukan pengawasan dan evaluasi.

Di samping itu, dia mengatakan besaran dana yang dikucurkan untuk tiap penelitian berbeda, contohnya salah satu judul penelitian di bidang fokus energi menelan biaya sebesar Rp1,5 miliar sementara satu penelitian di bidang fokus sosial humaniora membutuhkan dana sekitar Rp150 juta sampai 200 juta.

Perbedaan besaran dana penelitian itu dipengaruhi antara lain instrumen dan bahan penelitian yang digunakan.

"Instrumen yang digunakan untuk meneliti bidang sosial kan berbeda dengan bidang energi. Bidang sosial tidak perlu alat-alat lab, kalau energi kan perlu alat-alat lab, perlu bahan dan sebagainya sehingga tingkat kemahalan dari bahan juga mempengaruhi dan tingkat banyak sedikitnya serta instrumen yang dipakai juga mempengaruhi mahal murahnya (biaya penelitian), ujarnya.
***3***

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019