Timika, Papua (ANTARA News) - Perang antara suku Damal yang bergabung dengan suku Dani yang mendiami Kampung Kimberli dengan suku Amungme yang mendiami Kampung Banti, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, kembali berkecamuk di wilayah itu sejak Selasa (16/10) dan hingga berita ini disiarkan, Rabu, perang itu belum juga reda. Dari Timika, ibukota Kabupaten Mimika, Rabu, ANTARA melaporkan perang antarsuku Damal dan Dani berhadapan dengan suku Amungme tersebut masih terus berlangsung. Sementara itu, Polres Mimika sudah menerjunkan aparatnya untuk menghentikan perang suku ini dan mendamaikan suku-suku yang bertikai. "Menurut informasi, perang antarsuku itu sudah membawa korban jiwa sedikitnya empat orang meninggal dunia, namun belum diketahui dari suku mana para korban perang suku itu. Kapolres Mimika, AKBP GC Mansnembra, dan Ketua DPRD Mimika, Yopi Kilangin, sudah berangkat ke lokasi perang suku untuk mengimbau masyarakat menghentikan perang tersebut," kata seorang warga Mimika, Antonius. Antonius mengatakan perang suku serupa pernah terjadi pada September lalu antara suku Damal yang bergabung dengan suku Dani melawan suku Amungme. Pada September itu, perang suku dipicu masalah keluarga. Seorang perempuan suku Amungme yang telah lama menikah dengan pria dari suku Damal bercerai dan menikah lagi. Perempuan suku Amungme ini menikah dengan pria dari suku yang sama. Pernikahan yang kedua itu menimbulkan konflik karena suami pertama perempuan itu menganggap perkawinan tersebut sebagai bentuk perselingkuhan yang berujung pada perang antarsuku. Perang antarsuku pada bulan lalu itu sudah berhasil didamaikan oleh aparat keamanan dari Polres Mimika dan pemerintah setempat. Namun pada Selasa (16/10) perang itu berkobar lagi. Menurut Antonius, perang antarsuku di Mimika, wilayah pegunungan tengah Papua, itu merupakan kebiasaan masyarakat di wilayah ini. Perang baru akan berhenti jika sudah menimbulkan korban jiwa. Untuk menuntaskan perang suku ini, maka suku-suku yang terlibat perang itu akan melakukan upacara perdamaian dengan melaksanakan tradisi bakar batu dan bayar kepala atau pemberian denda adat kepada keluarga yang menjadi korban perang suku itu. Upacara bayar kepala pernah juga berlangsung di Timika pada Juni 2007 ketika terjadi perang suku di wilayah Kwamki Lama, Timika, pada Juli dan September 2006. Upacara pembayaran kepala bagi para korban perang Kwamki Lama tersebut dilakukan oleh kelompok suku bagian tengah Kwamki Lama di bawah pimpinan kepala perangnya, Elminus Mom dan David Wandikbo. Sementara itu, kelompok bagian bawah dan atas dengan kepala perangnya, Negro Wanimbo dan Jacobus Kogoya hanya melaksanakan pengumpulan dana, sedangkan pembayaran kepala akan diatur kemudian lantaran belum terkumpul seluruh dana dari para anggota suku. Dana pembayaran kepala yang terkumpul untuk kelompok tengah seluruhnya berjumlah Rp1 miliar yang diserahkan kepada tujuh anggota keluarga korban yang meninggal saat perang suku Kwamki Lama, 23 Juli-14 September 2006, dimana masing-masing korban menerima Rp 200-Rp 500 juta. Selain korban jiwa, di kelompok tengah terdapat 145 rumah yang rusak berat dan ringan dan 21 rumah yang hangus terbakar saat perang suku di Kwamki Lama. Rumah-rumah yang rusak tersebut sudah diperbaiki. (*)

Copyright © ANTARA 2007