Manokwari (ANTARA) - Masyarakat Kampung Syabes, Distrik Roon, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, menanti program Indonesia Terang segera masuk di wilayah tersebut.

Kepala Kampung Syabes Arnold Akwan di Pulau Roon, Minggu, menuturkan, selama ini untuk penerangan di malam hari warga setempat masih mengandalkan listrik yang dipasok dari generator tua peninggalan PNPM Mandiri Perdesaan.

Terkendala ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), generator itu pun sering tak dapat beroperasi. Pasokan BBM ke wilayah kepulauan seperti di Pulau Roon memang sering terhambat, tidak jarang, dalam satu bulan tidak ada pasokan BBM yang masuk sama sekali.

Belum lagi generator sering macet karena sudah termakan usia. Akibatnya warga setempat harus akrab dengan kegelapan saat malam tiba.

“Sejak Januari itu tidak menyala karena masyarakat tidak kasih iuran lagi. Iuran untuk beli BBM tapi ada yang bayar ada yang tidak, jadi sudah lama ini lampu tidak menyala,“ kata Akwan.

Menurut Akwan, awalnya setiap KK ditarik 10 ribu namun seiring kenaikan harga BBM lantas dinaikkan menjadi 20 ribu per KK per bulan.

“Memang itu sudah kesepakatan tapi kita tidak bisa paksa karena sesuaikan dengan ekonomi masyarakat," ujar Akwan.

Pihaknya sangat berharap listrik desa dari Program Indonesia Terang segera masuk sehingga kampung Syabes juga kampung pesisir lain di Pulau Roon bisa menikmati listrik di malam hari secara teratur.

“Dorang dari pemerintah sudah turun ukur. Dan sudah disampaikan nanti generator di Kampung Mena (kampung yang bersebelahan dengan Syabes) dia layani Kampung Yende, Syabes dan Ndai. Kita lagi tunggu-tunggu ini, semoga bisa cepat karena masyarakat mau pakai listrik yang pakai pulsa saja supaya tidak tergantung BBM lagi,“ ujar Akwan.

Kepala Dinas Perindagkop Ekbertson Karubuy ditemui sebelumnya mengatakan, pembangunan jaringan listrik desa dari Program Indonesia Terang telah berjalan sejak tahun lalu. Untuk tahap pertama, sedikitnya ada 26 kampung di Wondama yang menjadi sasaran.

“Sekarang sedang berjalan tapi masalahnya kontraktornya (pelaksana) cuma satu saja sehingga lambat karena harus satu-satu diselesaikan,“ sebut Ekbertson.

Baca juga: Kementerian ESDM: Eletrifikasi Papua capai 72,04 persen
Baca juga: Percepat wujudkan Papua terang, PLN gandeng sejumlah lembaga
Baca juga: Kementerian ESDM fokus elektrifikasi papua

 

Pewarta: Toyiban
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019