Karachi (ANTARA News)- Mantan PM Benazir Bhutto tiba di Pakistan, Kamis, setelah delapan tahun tinggal di pengasingan, mengabaikan ancaman pembunuhan dari Al Qaeda untuk menerima satu sambutan selamat datang dari ratusan pendukungnya. Benazir menangis ketika turun dari pesawatnya di Karachi, pulang kembali ke negaranya dari pengasingan untuk kedua kali dalam karir politik, sementara 250 ribu pendukungnya berdiri di jalan-jalan menunggu ia pulang setelah Presiden Pervez Musharraf setuju mencabut tuduhan korupsi yang menyebabkan ia meninggalkan tanah tumpah darahnya. Musharraf mengharapkan popularitasnya dapat membantu untuk tetap berkuasa dalam menghadapi kemarahan rakyat yang meningkat. Benazir, 54 tahun, wanita pertama yang memimpin sebuah negara Islam, menangis ketika menginjak kakinya di tengah-tengah teriakan para pendukungnya "Panjang Umur Bhutto" setelah pesawat Emirat yang membawanya dari Dubai bersama para wartawan dan awak film mendarat. "Saya jauh lebih tua, saya telah belajar banyak dalam 20 tahun terakhir ini tetapi kita masih memerangi seorang diktator," kata Benazir kepada AFP ketika ditanya apa bedanya dengan kepualangannya tahun 1986. "Kita ingin mengucilkan kelompok garis keras dan membangun Pakistan yang lebih baik," katanya. Mengenakan baju tradisional warna hijau, celana putih dan kerudung dengan warna bendera Pakistan, Benazir mencucurkan air mata ketika ia beristrahat pada langkah terakhir dari pesawat sebelum akhirnya menginjak kakinya di tanah kampung halamannya. Benazir, yang juga berulangkali membuat marah kelompok garis keras Muslim dengan kecaman kerasnya terhadap kelompok itu, sebelumnya mengabaikan peringatan--peringatan polisi ia akan jadi sasaran pembunuhan oleh kelompok Al Qaeda atau gerilyawan Taliban.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007