Washington (ANTARA) - Wakil Presiden AS Mike Pence membahas keputusan untuk meninggalkan "residu kehadiran AS" dengan Raja Jordania Abdullah pada Senin (11/3), kata Gedung Putih.

Kedua pemimpin tersebut juga membahas "kesempatan untuk bekerjasama dengan lebih erat mengenai penanggulangan terorisme di wilayah itu", demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa.

Sebanyak 400 prajurit AS direncanakan tetap berada di Suriah setelah penarikan yang diumumkan secara tak terduga oleh Presiden AS Donald Trump pada Desember, sehingga mengguncang hubungan sekutu dekat AS di luar negeri dan mitra legislatif paling dekat Trump.

Trump mengakui akan membiarkan sebagian tentara AS tetap berada di Suriah untuk menenangkan sekutu mereka, dan sebanyak separuh kekuatan tersebut direncanakan ikut dalam apa yang dinamakan oleh Washington pasukan pemelihara perdamaian internasional di bagian timur-laut Suriah sementara yang lain akan digunakan untuk menamankan garnisun di Suriah Selatan.

Raja Abdullah melakukan kunjungan ke Washington pada Senin, dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo serta Penjabat Menteri Pertahanan Patrick Shanahan.

Pentagon menyatakan Shanahan dan Raja Abdullah membahas sumbangan Jordania buat koalisi pimpinan AS untuk mengalahkan Da'esh serta masalah lain keamanan dan pertahanan.

Selama pertemuannya dengan Raja Abdullah, Pompeo "kembali menegaskan kekuatan hubungan bilateral Jordania-AS dan membahas beberapa masalah kepentingan timbal-balik, termasuk komitmen Jordania buat pembangunan dan pembaruan ekonomi di wilayah tersebut berkaitan dengan konflik di Suriah", kata Kementerian Luar Negeri AS.

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019