Karachi, Pakistan (ANTARA News) - Sedikitnya 124 orang tewas dan ratusan lebih lainnya luka-luka, Kamis, saat dua bom yang ditargetkan kepada kendaraan yang membawa mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto di Karachi, Pakistan selatan, meledak beberapa jam setelah dia kembali dari delapan tahun hidup di pengasingan, sedangkan dia sendiri lolos dari maut, kata laporan-laporan media. "Benazir Bhutto dijadikan target, tapi dia tidak cedera sedikitpun," kata Fauzia Wahab, pemimpin senior Partai Rakyat Pakistan (PPP). Pernah menjadi perdana menteri sebanyak dua kali, Bhutto tiba dari Dubai setelah mencapai kesepakatan dengan Presiden Pakistan Pervez Musharraf, yang akan menjaminnya sebagai perdana menteri ketiga kalinya saat perdana menteri membalas dukungan politiknya. Ledakan-ledakan terjadi pada saat mantan perdana menteri itu dalam prosesi disambut oleh sekitar setengah juta pendukungnya. Sumber-sumber rumah sakit mengatakan 124 orang tewas dalam ledakan, kata jaringan berita Geo Pakistan. Dikhawarirkan korban terus meningkat pada saat puluhan dari 543 korban cedera dalam kondisi kritis. Pemerintah membenarkan 43 orang telah tewas dan lebih dari 100 lainnya cedera. "Banyak korban adalah petugas keamanan, yang mengawal truk Benazir Bhutto," kata Menteri Dalam Negeri Aftab Sherpao. Seorang pejabat senior polisi, Arab Mehar, menyebutkan ledakan itu sebagai serangan bom bunuhdiri. "Ada dua pelaku bom bunuhdiri yang menyerang," katanya. Namun kepala kepolisian kota, Azhar Farooqi, mengatakan bom tersebut dipasang di dalam sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan. "Pertama, ada satu ledakan kecil dan satu mobil caravan berhenti. Pada saat orang-orang berkumpul, ada ledakan lain yang lebih keras," kata Miian Abdul Razaq, seorang karyawan PPP dari daerah suku di perbatasan kepada DPA. "Ada banyak tubuh dan bagian-bagian badan yang tercecer di mana-mana." Ledakan-ledakan kuat itu merusak bagian-bagian dari truk yang sudah dimodifikasi, yang tahan peluru di bagian atasnya. Empat peluru juga ditembakkan pada kendaraan itu setelah terjadinya ledakan, dan bekas peluru itu tampak di bagian kaca belakang tahan peluru tempat Bhutto duduk saat ledakan terjadi. Setelah ledakan ini, pasukan keamanan mengawal pemimpin oposisi itu ke tempat kediamannya. Pawaipun segera dihentikan. Sebelum kembali ke negerinya, Bhutto telah menerima berbagai ancaman dari para militan pro Taliban, bahwa dia akan disambut dengan serangan-serangan bom bunuhdiri. Dia kembali menyerukan pemerintah mengambil kebijakan garis keras terhadap para ekstrimis Islam. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007