Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia mengutuk keras aksi serangan bom bunuh diri yang terjadi di Karachi, Pakistan, Kamis (18/10) malam, yang menewaskan sedikitnya 124 orang. "Pemerintah Indonesia mengutuk keras aksi tindak terorisme itu," kata Jurubicara Departemen Luar Negeri (Deplu), Kristiarto Soeryo Legowo, menjawab pertanyaan ANTARA di Jakarta, Jumat. Menanggapi serangan bom bunuh diri yang ditujukan pada kendaraan mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto yang baru kembali dari pengasingan, Kristiarto mengatakan pemerintah Indonesia juga berharap mereka yang bertanggung jawab terhadap serangan tersebut dapat ditangkap dan diproses secara hukum di Pakistan, demi tegaknya keadilan. "Pemerintah RI juga mengucapkan simpati dan belasungkawa kepada keluarga para korban serta pemerintah Pakistan atas kejadian itu," katanya. Sedikitnya 124 orang tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka pada saat dua bom yang ditargetkan ke kendaraan yang membawa mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto di Karachi, Pakistan selatan, Kamis, yang meledak beberapa jam setelah dia kembali dari delapan tahun hidup pengasingan. Benazir Bhutto sendiri lolos dari maut. "Benazir Bhutto dijadikan target tapi dia tidak cedera sedikitpun," kata Fauzia Wahab, pemimpin senior Partai Rakyat Pakistan (PPP). Sementara itu, di Karachi, Presiden Pakistan Pervez Musharraf, juga telah mengutuk serangan bom mematikan yang ditujukan kepada rombongan yang membawa Benazir dan menggambarkan serangan tersebut sebagai "persekongkolan terhadap demokrasi". Sejumlah pemimpin dunia pun telah menyatakan mengutuk peristiwa pemboman tersebut. Amerika Serikat, yang menganggap Pakistan sebagai sekutu berharga dalam "perangnya melawan teror" mengatakan, ledakan itu ditujukan untuk mencekik kemerdekaan di negeri tersebut tapi tak boleh dibiarkan menggelincirkan pemilihan umum yang akan diselenggarakan. "Amerika Serikat mengutuk serangan di Pakistan dan berduka atas hilangnya nyawa orang yang tak bersalah di sana," kata jurubicara Keamanan Nasional Gedung Putih Gordon Johndroe. Australia, sekutu dekat lain AS, menyatakan serangan tersebut memiliki ciri jaringan Al-Qaeda, pimpinan Osama bin Laden. "Itu adalah pengingat mengenai kejahatan Al-Qaeda. Itu adalah pengingat mengenai betapa pentingnya untuk tidak menyerahkan kemenangan kepada mereka di Irak atau di Afghanistan," kata Perdana Menteri Australia John Howard. Howard mengatakan Al-Qaeda menentang kerjasama Presiden Pervez Musharraf dengan Amerika Serikat. (*)

Copyright © ANTARA 2007