Brisbane (ANTARA News) - Forum debat Perdana Menteri John Howard dan Pemimpin Oposisi Kevin Rudd Minggu malam tidak hanya menarik perhatian puluhan juta pasang mata publik Australia tetapi juga para diplomat asing di Canberra, termasuk diplomat Indonesia. Sekretaris I yang juga Juru Bicara KBRI Canberra, Dino Kusnadi, misalnya, mengatakan, ia tertarik memantau jalannya perdebatan kedua tokoh itu karena dari situ akan terlihat arah masa depan Australia beberapa tahun ke depan. "Saya yakin banyak diplomat asing tertarik menyaksikan debat John Howard dan Kevin Rudd karena dari situ akan terlihat masa depan Australia," katanya. Debat yang berlangsung di aula utama Gedung Parlemen Australia dan disiarkan langsung oleh Stasiun TV ABC itu memberikan gambaran tentang beragam rencana aksi dan kebijakan kubu Koalisi Partai Liberal Nasional dan Partai Buruh Australia (ALP) jika memerintah nanti. Dalam pekan pertama kampanye mereka, baik kubu Howard maupun Rudd sama-sama telah mengumumkan rencana-rencana kebijakan pajak mereka. Jika Howard menjanjikan potongan pajak pendapatan senilai 34 miliar dolar, Rudd muncul dengan kebijakan pajak senilai 31 miliar dolar serta potongan pendidikan bagi keluarga-keluarga Australia. Dalam debat itu, keduanya memaparkan secara gamblang apa yang akan dilakukan dan kebijakan apa yang akan diambil jika menang dalam Pemilu Federal 24 November. Keduanya menjelaskan rencana aksi dan kebijakan masing-masing kubu di berbagai bidang seperti pajak, hubungan industrial, perubahan iklim, kebijakan luar negeri khususnya tentang perang melawan terorisme dan nasib pasukan Australia di Irak, dan Afghanistan, rencana rekonsiliasi dengan penduduk asli Australia (Aborigin), serta pelayanan kesehatan dan pendidikan. Pada awal pengantarnya, Rudd menekankan pemimpin baru yang memiliki ide-ide segar untuk membangun masa depan Australia yang lebih baik sehingga bagi dirinya, Pemilu Federal 2007 merupakan momentum penting bagi masa depan rakyat, terutama para keluarga pekerja. Jika mayoritas rakyat memilihnya sebagai perdana menteri, masa depan Australia yang lebih baik itu antara lain dibangun melalui revolusi pendidikan dan reformasi sistem pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, yang kesemuanya diyakininya akan membantu para keluarga pekerja keluar dari tekanan yang selama ini mereka rasakan. Sebaliknya, Howard membela kondisi perekonomian Australia yang dinilainya maju selama 11 setengah tahun berkuasa dan yakin pada apa yang telah dilakukan pemerintahnya selama ini. "Saya percaya pada apa yang kami lakukan ... dan kami harus menjaga apa yang telah kami capai," katanya. Selama 90 menit jalannya debat itu, Howard berulang kali diingatkan moderator karena sering melewati alokasi waktu yang diberikan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari moderator, Rudd, maupun sejumlah wartawan yang menjadi panelis debat tersebut. Debat yang berlangsung Minggu malam selama 90 menit sejak pukul 19.30 waktu Canberra itu merupakan yang pertama bagi Howard dan Rudd sejak mereka menabuh genderang "perang" memperebutkan kursi perdana menteri mulai 14 Oktober lalu. Pemilu yang diikuti lebih dari 13,5 juta orang dari 20,2 juta jiwa penduduk Australia itu akan menentukan nasib karir politik Howard ke depan. Jika Howard berambisi mengukir sejarah perpolitikan di negaranya sebagai orang yang lima kali berturut-turut menjadi perdana menteri, Kevin Rudd justru ingin menjegal ambisi Howard itu sekaligus membalas kekalahan bertubi-tubi ALP dalam beberapa kali Pemilu dalam kurun waktu 11 setengah tahun terakhir. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007