Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah dipastikan tetap akan menggunakan harga minyak 60 AS dolar per barel pada APBN-P 2007, walaupun harga minyak dunia hingga saat ini masih berfluktuasi di atas angka 80 AS dolar per barel. "Jadi kita gunakan harga minyak yang konservatif. Tetap 60 AS dolar per barel untuk APBN 2007," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, pada konprensi pers di Jakarta, Senin sore. Dia mengatakan penetapan harga 60 AS dolar per barel dikarenakan beberapa hal, di antaranya produksi minyak Indonesia yang masih mencukupi, tidak ada negara lain yang menetapkan anggaran lebih dari 50 AS dolar per barel, dan penggunaan `safety net` oleh negara lain. "Tidak ada negara lain di dunia yang menetapkan anggaran lebih besar dari 50 AS dolar per barel, bahkan negara OPEC sekalipun. Mereka tentu memiliki perhitungan yang matang, karena itu penggunaan harga konservatif 60 AS dolar per barel tidak terlalu buruk untuk kita," kata Purnomo. Selain itu, Purnomo juga mengatakan, hendaknya masyarakat tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kenaikan harga minyak dunia. Karena kenaikan signifikan selama ini hanya terjadi harga minyak Nymex New York, sedangkan harga minyak lainnya seperti Opec Basket ataupun Indonesia Crude Price (ICP) tidak terlampau tinggi. Menurut dia, berbedaan harga minyak yang digunakan media massa Indonesia lebih banyak melihat pada Nymex New York. Kalau dicermati perbedaan antara harga minyak Nymex dengan ICP dapat mencapai 5 AS dolar per barel. Sedangkan perbedaan harga minyak Nymex dengan Opec Basket dapat mencapai 10 AS dolar per barel, tambahnya. Oleh karena itu, kenaikan harga minyak harus dilihat secara cermat. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia saat ini masih merupakan rangkaian dari siklus kenaikan harga minyak pada 2004. Kenaikan minyak tahun ini dikarenakan berkurangnya stok minyak Amerika Serikat serta faktor geopolitik yang terjadi antara Turki dan Kurdi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007