Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono menilai target pertumbuhan aset perbankan syariah hingga mencapai 5 persen dari total aset perbankan nasional pada akhir 2008 cukup ambisius, namun masih bisa dicapai jika semua pemangku kepentingan dapat bekerjasama secara efektif. "Kita harus punya tekad, sekarang itu porsi aset perbankan syariah baru mencapai sekitar 1,7 persen, makanya kalau akhir 2008 harus 5 persen cukup ambisius, tapi kalau semua stakeholder bisa bekerjasama, bisa mendekati angka itu dalam 1-2 tahun ini," kata Boediono di sela Indonesia Syariah Expo (ISE) di Jakarta, Rabu. Menurut dia, berbagai upaya akselerasi tengah dilakukan, antara lain dalam hal penyusunan berbagai peraturan menyangkut keuangan syariah, seperti RUU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan RUU Perbankan Syariah. Pengembangan industri jasa keuangan syariah, kata Boediono, merupakan ujung tombak dalam upaya pengembangan ekonomi syariah yang lebih luas di tanah air. Pasar keuangan syariah merupakan elemen baru di Indonesia, namun dalam 10 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal itu dapat dilihat dari tumbuhnya perbankan syariah, asuransi syariah, dan reksadana syariah. Menurut Boediono, di pasar uang dan pasar modal sudah ada sertifikat antar bank (mudharabah) dan sukuk korporasi. Berdasar catatan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), sudah terdapat 21 sukuk korporasi termasuk 4 yang dikeluarkan pada 2007. "Satu masalah mendasar yang dihadapi dalam pengembangan industri jasa keuangan syariah adalah masih terbatasnya instrumen investasi," katanya. Boediono menyatakan optimismenya bahwa jasa keuangan syariah akan berkembang dengan baik di Indonesia karena memberi manfaat kepada masyarakat. "Jasa keuangan syariah juga memiliki keunggulan dibanding konvensional dalam hal dasar etika dan pedoman perilaku yang bersumber pada nilai-nilai Islami yang menjadi dasar nilai-nilai moral dan etika," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007