Depok (ANTARA News) - Pakar Antropologi dari Universitas Indonesia (UI), Prof Achmad Fedyani Saifuddin, mengatakan pembangunan karakter bangsa saat ini mengalami perubahan, dari ideologi idealis menjadi materialis.
"Saat ini sukar membangun karakter bangsa tanpa keunggulan budaya materi dalam masyarakat," kata Fedyani, dalam seminar dengan tema 'Membicarakan Kembali Pembangunan Karakter Bangsa: Generasi Muda Indonesia di Tengah Gelombang Globalisasi' di Pusat Studi Jepang, UI, Depokm Jabar, Kamis.
Pada masa kini, kata dia, isu karakter bangsa menjadi dilematis, karena negara-bangsa yang pluralistik ini berhadapan dengan kekuatan kebudayaan global yang hadir dalam format, orientasi, arah, dan kepentingan masa kini yang berbeda dari masa lampau.
Dikatakannya akhir-akhir ini banyak ahli ilmu sosial yang dihadapkan pada pilihan sulit, yakni antara negara-bangsa (nation state) atau negara kesejahteraan yang tidak lagi memandang relevan konsep negara-bangsa dan perangkat-perangkat ideologi dan gagasan.
Ia mengatakan pembangunan karakter bangsa berkembang menjadi semacam ideologi idealis bagi bangsa Indonesia, dimana Pancasila menjadi dasarnya.
Sementara itu, pakar Antropologi dari Universitas Cendrawasih, Dr. Johsz R. Mansoben berpendapat karakter bangsa Indonesia, khususnya di tanah Papua, sekarang ini adalah "penyimpangan prilaku" pada kalangan elit tertentu.
Menurut dia, bentuk "penyimpangan prilaku" sesungguhnya merupakan produk perkawinan antara akselerasi modernisasi dengan nilai-nilai budaya lokal.
"Prilaku menyimpang itu bermuara pada dua dampak," jelasnya.
Dampak pertama kata dia, sebagai penyebab gagalnya implementasi berbagai program pembangunan.
Dampak kedua adalah memosisikan elit menjadi korban, karena harus memikul sanksi negatif atas tindakannya yang menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan-aturan baku dalam negara.
"Sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi jika para pembuat kebijakan pada tingkat nasional memahami betul nilai-nilai budaya lokal," paparnya.
Dikatakannya pentingnya kesadaran terhadap adanya fenomena "penyimpangan prilaku" dengan berbagai dampaknya dapat mendorong ke arah perenungan dan penemuan kembali pola-pola yang tepat untuk membangun negeri ini, sehingga menjadi tempat dimana setiap anak bangsa merasa berada di rumahnya sendiri. (*)
Copyright © ANTARA 2007