Dakar (ANTARA) - Wabah Ebola di Kongo kini telah meningkat mencapai 1.000 kasus, menurut Kementerian Kesehatan pada Senin , dengan korban meninggal 629 sebagai angka korban peringkat kedua di dunia sejak penyakit tersebut mewabah.

Para pekerja kesehatan telah menyiapkan secara lebih baik untuk menangani peningkatan wabah yang menyebabkan muntaber dan perdarahan, dan lebih separuh dari jumlah orang yang terjangkiti.

Teknologi baru sama seperti vaksin percobaan sedang dijajal seperti vaksin uji-coba perawatan dan juga percobaan mobil masa depan berbentuk tabung untuk merawat pasien telah sangat membantu mengendalikan penyebaran virus.

Namun ketidak-percayaan masyarakat dan ketidak-pastian yang merajalela di bagian timur Republik Demokrasi Kongo, tempat Ebola menyebar, telah menghambat tanggapan, sehingga membingungkan upaya perlawanannya.

Lima pusat wabah Ebola telah mendapat serangan sejak bulan lalu, kadang oleh tentara bayaran. Dana amal kesehatan pimpinan organisasi Prancis, Dokter Tanpa Batas (MSF), menangguhkan kegiatan di pusat wabah pada bulan lalu.

Alhasil, wabah Ebola saat ini menjadi serangan mematikan yang kedua dalam sejarah setelah kejadian tahun 2013-2016 di Afrika Barat --yang diyakini telah menewaskan lebih dari 11.000 orang.

"Secara keseluruhan kini ada 1.009 kasus," demikian pernyataan kementerian kesehatan, namun ditambahkannya, "Tanggapan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan mitra-mitranya, sangat terbatas karena penyebaran geografi yang luas."

Rabu lalu pihak berwenang membenarkan satu kasus Ebola di Bunia, kota kecil yang lain yang berpenduduk hampir sejuta jiwa.

Sumber: Reuters

Baca juga: Wabah baru Ebola muncul di kawasan timur Kongo
Baca juga: Pasca-ebola, Afrika Barat waspada demam maut lain
Baca juga: WHO konfirmasi kasus Ebola baru di Liberia

Penerjemah: Maria Dian A
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019