Jakarta (ANTARA) - Mini figur biasa dipakai sebagai pelengkap pada maket bangunan, konstruksi, atau kereta api, tetapi di tangan fotografer, wujud orang-orangan itu bisa tampil menjadi seni artistik.

Mini figur biasa disebut "tuyul" oleh penggemarnya, memiliki ukuran 1,6 cm dan skala 1:87 yang merupakan perbandingan dengan ukuran manusia.

Fotografi tuyul, dengan genre still life, diperkenalkan oleh Tatsuya Tanaka dan Slinkachu yang telah menginspirasi fotografer di Tanah Air

Penggemar fotografi tuyul bisa memadukan figur orang-orangan dengan berbagai benda seperti bola tenis, karton, peruncing pensil, alat pengusir nyamuk, sikat gigi, hingga jepitan jemuran sebagai objek pembanding, sekaligus memberi kesan hidup pada benda itu.

Salah satu pegiat fotografi tuyul, Rahmat Budiman (32), di Jakarta, Sabtu (23/3) mengatakan, memotret mini figur tidak gampang karena perlu ketelitian dan kesabaran dari si fotografer. Namun, siapapun dapat memotret mini figur, tidak butuh kemampuan fotografi profesional.

Ide dan daya imajinasi menjadi unsur terpenting agar benda kecil itu terlihat hidup dan berada dalam satu cerita.

"Jadi lebih kepada bagaimana seseorang berkreasi dengan idenya. Yang mahal itu ide, memadukan figur mini dengan objek pembanding," ujar Rahmat.

Agar detail terlihat sempurna dan cerita yang dibangun terkesan lebih hidup, ia sangat merekomendasikan penggunaan lensa makro saat memotret.

Kemudian, untuk membangun konsep cerita, bisa manfaatkan benda-benda di sekitar bahkan yang "tidak biasa" sekalipun seperti nasi kering hingga tumpukan kacang yang bisa menjadi paduan diorama menarik.

"Kita punya mainan pose apa, kita lihat ada spot unik seperti lantai yang berlubang. Kita gabungkan dengan mini figur pekerja dan bisa seolah-olah sedang membetulkan jalan," kata dia.

Senada dengan Rahmat, pegiat fotografi mini figur dari ToygraphyID, Januar Budi Nurcahyo, mengatakan memotret tuyul memiliki keistimewaan sendiri dibanding action figure lainnya seperti robot, tokoh pahlawan super dari Marvel atau DC yang punya ukuran lebih besar.

Ide serta kecermatan seseorang dalam memadukan unsur yang ada di sekitar menjadi tantangan sang fotografer. Terlebih dengan ukuran sangat kecil, proses memotret bisa berjam-jam untuk satu frame yang diinginkan.

"Motret tuyul ini adalah seni memotret nungging (menungging). Kita sampai harus nungging agar mini figur ini seolah kelihatan nyata dengan background di sekitarnya," kata dia, saat ditemui di kawasan Kota Tua Jakarta, Minggu (24/3).
 
Fotografi minifigur atau sering disebut "fotografi tuyul" (ANTARA News/Asep Firmansyah)


Hobi Mahal

Januar menuturkan mini figur mulai marak di Indonesia sejak 2013 dan makin diminati pada 2017. Sementara, komunitas khusus memotret tuyul itu saat ini telah bermunculan di sejumlah kota besar di Indonesia.

Meski demikian genre fotografi tersebut belum terlalu diminati masyarakat luas. Sulitnya mendapatkan mini figur menjadi salah satu faktornya.

Menurut Januar, mayoritas wujud kecil itu harus diimpor dari Jerman, Jepang, dan Inggris.

Ada empat produsen terkenal yang menjual mini figur di dunia, seperti Noch, Preiser, Woodland Scenics, dan Faller. Namun yang paling banyak digunakan oleh fotografer di Indonesia yakni Noch dan Preiser yang bisa dibeli melalui Ebay, Amazon atau toko Toys World ID di Bandung.

Melihat potensi besar di pasar tersebut, para produsen mainan di Indonesia pun mulai mengimpornya dan membuat mini figur sesuai pesanan.

Jika Preiser dan Noch menjual mini figur patung kaku, produsen di Indonesia membuatnya lebih variatif seperti sedang bersepeda, menggunakan motor, berlari, membaca buku, hingga karakter superhero.

Salah satu penjual mini figur di Indonesia yakni toko Pojok Si Kecil milik Fransiskus Murni. Etalase toko ini bisa dilihat di Instagram @pojok_si_kecil.

"Saya sendiri adalah penggemar kumpulin satu-dua figur, satu bulan beli 5-10 figure. Tiap hari ada yang baru saya tertarik langsung kontak ke reseller besar di Jerman. Saya beli agak banyak, sejak itu saya jual dan hingga kini punya toko," kata Fransiskus di kawasan Kota Tua, Jakarta.
 
Fotografi minifigur atau sering disebut "fotografi tuyul" (ANTARA News/Asep Firmansyah)
 

Untuk satu unit mainan mini itu, pembeli harus merogoh kocek Rp100 ribu hingga Rp250 ribu. Karena harga yang tidak murah itu, banyak orang yang lebih tertarik membeli mainan yang lebih besar.

Fransiskus pun mengakui lantaran harga objek yang mahal, penyuka fotografi tuyul mayoritas generasi sebelum milenial.

"Kebanyakan mikirnya dengan uang Rp200 ribu bisa beli mainan superhero Marvel ukuran 15 cm dibanding mini figur yang cuma 1,6 cm. Tapi itulah sisi uniknya mini figur ini," ujarnya.

Senada dengan Fransiskus, Januar juga melihat generasi milenial belum banyak tertarik untuk menekuni fotografi ini. Dari pengalamannya, ia menangkap bahwa generasi milenial masih memandang foto sebagai suatu keindahan dan ajang pamer belaka.

Fotografi tuyul, menurut Januar, punya potensi yang masih besar. Kondisi yang masih belum banyak peminat, justru membuka pintu bagi para fotografer untuk meraih eksistensi dan tentunya meraup keuntungan bisnis, seperti Tanaka Tatsuya dan Slinkachu.

"Ke depan ini sesuatu yang menarik dari sisi estetika fotografi. Orang cari duit motret bisa karena belum banyak orang yang memanfaatkan ini sebagai profesionalisme fotografi," kata dia.

(Penulis: Peserta Susdape XIX/Asep Firmansyah)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019