Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menyampaikan kritik terhadap reformasi di lembaga keuangan internasional Bank Dunia (WB) dan Dana Moneter Internasional (IMF). "Menteri Keuangan sangat kritis terhadap berbagai hal yang menyangkut dua lembaga keuangan itu," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Depkeu, Anggito Abimanyu, di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Jumat. Anggito menyatakan hal itu menanggapi pertanyaan agenda yang dibawa Indonesa dalam pertemuan tahunan WB dan IMF beberapa waktu lalu di Amerika Serikat (AS). "Menkeu sangat kritis atas berbagai hal seperti reformasi menyangkut pemilihan managing director (direktur pelaksana) yang masih perlu diperbaiki lagi," kata Anggito. Menurut dia, Menkeu Sri Mulyani juga menyoroti masalah keterlambatan proses pencairan pinjaman dan persyaratan pinjaman. "Indonesia menilai itu harus dievaluasi kembali," kata Anggito. Ia menjelaskan, rapat tahunan WB dan IMF merupakan rapat dari seluruh pemegang saham lembaga keuangan itu di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Mengenai kuota atau hak suara Indonesia di dua lembaga keuangan internasional itu, Anggito mengatakan, hingga saat ini pembahasan mengenai kuota itu belum selesai. Selain pertemuan di WB dan IMF, dalam kesempatan kunjungan ke AS, Menkeu juga mengadakan pertemuan dengan sejumlah menteri ASEAN dan negara lainnya secara bilateral. Menkeu juga melakukan pertemuan dengan berbagai pelaku pasar. "Dalam pertemuan bilateral itu, Menkeu juga membahas dampak perubahan iklim global terhadap fiskal. Seperti diketahui, Bali akan menjadi tuan rumah pertemuan tentang perubahan iklim global," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007