Surabaya (ANTARA News) - Untuk menjaga proses belajar mengajar, agar tidak terganggu dampak lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. yang diakibatkan jebolnya tanggul di titik 42 pada Senin (29/10), SDN Renokenongo I akan dipindah ke SDN Glagah Arum sebelah timur Desa Renokenongo. Menurut Kepala Sekolah SDN Renokenongo I, Drs Machfud, Jumat, upaya ini dilakukan pihak sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, agar para siswa dapat belajar dengan tenang, tanpa khawatir luberan lumpur yang sewaktu-waktu menggenangi sekolah itu "Saat tanggul jebol, lumpur langsung mengarah ke Desa Renokenongo dan membanjiri bekas persawahan di belakang gedung sekolah. Kondisi itulah yang membuat kami harus secepat mungkin memindahkan sekolah, jika tanggul jebol kembali sekolah sudah kosong," katanya. Ia mengaku, sejauh ini belum mendapat arahan maupun bantuan dari Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan Lapindo Brantas Inc (BLI) untuk rencana evakuasi kegiatan belajar mengajar ini. "Kami pernah mendapat bantuan sebesar Rp6,9 juta dari Lapindo pada bulan puasa lalu, untuk ongkos memindahkan peralatan sekolah," ujarnya. SDN Renokenongo I memiliki 185 siswa dimana 40 di antaranya merupakan pengungsi yang ditampung di Pasar Baru Porong. Akibat ancaman lumpur, waktu kegiatan belajar mengajar akan jadi berkurang. Jika sebelumnya kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 hingga 12.15 WIB, sejak titik 42 jebol kegiatan belajar mengajar berakhir pukul 11.00 WIB. Rencana kepindahan kegiatan belajar mengajar SDN Renokenongo I ini menyusul SDN Renokenongo II yang sudah terlebih dahulu pindah ke SDLB Porong beberapa waktu lalu. Dengan pindahnya lokasi sekolah maka permasalahan jarak tempuh menuju sekolah akan lebih jauh. Kondisi SDN Renokenongo I dan II itu lokasinya hanya 100-200 meter dari tanggul titik 42 yang berkali-kali jebol sejak Minggu (14/10) malam. Kondisi yang lebih parah terjadi pada Madrasah Khalid Bin Walid. Sekolah ini terendam lumpur setinggi 20-30 sentimeter akibat tanggul jebol yang jarak sekolah ini hanya beberapa puluh meter dari tanggul. Bahkan, saat masuk sekolah setelah libur panjang Lebaran, siswa-siswi Khalid Bin Walid harus melakukan proses belajar di serambi masjid samping sekolah, tanpa bangku dan kursi. "Kami belum menentukan kemana sekolah akan dipindahkan, namun jika sudah ada lokasi yang pasti, kami segera melakukan evakuasi sekolah, dan untuk sementara kami akan menempati area masjid," kata Mashudi, Kepala Sekolah Madrasah Khalid bin Walid. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007