Makassar (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengaku tidak melakukan tindakan diskriminatif terhadap para pengusaha keturunan Tionghoa, namun harus ditumbuhkan pengusaha-pengusaha pribumi agar ada keseimbangan sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial. "Saya banyak berhubungan dan berdagang dengan teman-teman pengusaha keturunan Tionghoa. Saya sama sekali tak bersikap diskriminasi, tapi kalau bangsa ini begini terus, bangsa ini akan timpang," kata Wapres M Jusuf Kalla pada pertemuan Saudagar Bugis-Makassar di Makassar, Sabtu. Pernyataan Wapres ini seolah menegaskan bahwa tindakannya mendorong tumbuhnya pengusaha-pengusaha pribumi, yang dilakukannya selama ini bukan dengan maksud diskriminasi terhadap para pengusaha keturunan. Selama ini, Wapres dinilai lebih berpihak kepada para pengusaha pribumi dengan menumbuhkan paguyuban-paguyuban saudagar. Seperti Saudagar Aceh, Saudagar Minang, Saudagar Pekalongan maupun Saudagar Bugis-Makassar. Wapres menjelaskan, selama ini telah terjadi pertumbuhan pengusaha yang tidak seimbang. Para pengusaha keturunan Tionghoa bertambah menurut deret ukur, sementara di sisi lain pertumbuhan pengusaha pribumi hanya berdasarkan deret hitung. Jika hal itu terus terjadi, tambah Wapres maka akan muncul ketimpangan. Jika ketimpangan tersebut terus berlanjut, maka ujung-ujungnya akan terjadi gejolak sosial. Karena itu, tambahnya harus dimunculkan keseimbangan dengan mendorong tumbuhnya pengusaha-pengusaha baru. "Jadi harus tumbuhkan semangat sebagai pengusaha dan bangga sebagai pengusaha. Semangat itu harus tumbuh, kebanggaan itu harus tumbuh, bukan sama sekali soal diskriminasi," kata Wapres. Menurut Wapres, semangat berusaha itu, bisa diciptakan dengan pengalaman dan kebanggaan-kebanggaan. Karena itu, Wapres meminta Saudagar Bugis-Makassar banyak mengundang para pengusaha yang sukses untuk menularkan pengalamannya. "Sebagai pemerintah, kita harus jaga kelangsungan hidup pengusaha. Karena setiap ada usaha, maka pemerintah punya saham sekitar 30 persen," kata Wapres. Saham pemerintah tersebut, tambahnya apabila usaha untung, maka akan membayar pajak ke pemerintah sebesar 30 persen. Pajak 30 persen itulah yang disebut sebagai saham pemerintah. "Jadi kalau pengusaha mati, maka bangsa pasti mati. Makanya kasih gampang dan murah, kalau mau berusaha. Kasih gampang berusaha supaya makin banyak saham pemerintah," kata Wapres yang disambut tepuk tangan meriah. Menurut Wapres, selain memberikan kemudahan dalam berusaha, hal lain yang harus ditumbuhkan adalah semangat berusaha dan kebanggaan menjadi seorang pengusaha. Wapres mengharapkan generasi muda Indonesia ke depan harus memiliki kebanggaan berprofesi sebagai pengusaha. "Semangat dan kebanggaan itu harus ditingkatkan," katanya. Pertemuan saudagar Bugis-Makassar tersebut diikuti oleh 350 peserta dari seluruh Indonesia dan Afrika Selatan. Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar kali merupakan yang ke sembilan kalinya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007