Denpasar (ANTARA News) - Sekitar 15 ribu nyawa melayang pertahunnya akibat penyalahgunaan narkoba yang dilakukan warga hampir di semua daerah di Indonesia. "Itu baru berupa nyawa, belum uang yang harus dihambur-hamburkan atau dibuang percuma untuk itu yang mencapai puluhan miliar rupiah," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Made Mangku Pastika, di Denpasar, Sabtu. Usai melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) untuk kampanye bahaya narkoba antara BNN dengan PLN Distribusi Bali, Komjen Pastika mengaku tidak kaget mendengar ada narapidana (napi) kasus narkoba yang tewas di beberapa lembaga pemasyarakatan (Lapas), antara lain di Lapas Kerobokan, Bali. "Tidak aneh itu. Coba anda cek, hampir setiap hari ada napi dalam kasus narkoba yang kemudian tewas di dalam Lapas," katanya menjelaskan. Kalakhar BNN mengungkapkan, napi narkoba yang tewas saat menjalani tahanan antara lain akibat serangan penyakit AIDS yang dideritanya. Seperti diketahui, tidak sedikit pada pecandu narkoba yang kemudian terinfeksi virus HIV penyebab AIDS, setelah mereka ramai-ramai menyuntik diri memasukkan cairan barang terlarang menggunakan satu jarum secara bergiliran. Dari satu jarum yang "tertempel" virus HIV itulah, kemudian menular kepada pemakai jarum yang lain, sehingga tidak sedikit para pecandu narkoba yang akhirnya juga sebagai penderita AIDS. Menurut Pastika, kondisi yang demikian lebih diperparah lagi setelah tidak satupun rumah sakit di Indonesia yang dilengkapi dengan ruang ICU atau gawat darurat yang khusus untuk para penderita AIDS. "Tidak ada rumah sakit yang dilengkapi ruang ICU untuk para penderita AIDS. Akibatnya, begitu ada penderita AIDS yang sekarat, ia tinggal mati saja di rumah sakit yang dituju," ucapnya, menandaskan. Selain akibat penyakit AIDS, tidak sedikit juga napi narkoba yang kemudian tewas setelah over dosis barang terlarang, seperti halnya yang sempat terjadi di Lapas Kerobokan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007