Jakarta (ANTARA) - Rakyat dapat melihat apa yang disampaikan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais soal people power, dan hal ini tidak pantas untuk dilakukannya, kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

"Amien Rais, sebagai tokoh pendiri PAN seharusnya sangat memahami mekanisme demokrasi. Pada era demokrasi saat ini, penyaluran aspirasi sudah diatur dengan baik," kata Hasto Kristiyanto usai acara penyerahan kartu tanda anggota (KTA) PDI Perjuangan kepada anggota baru dari unsur pemuka agama, habaib, purnawirawan TNI/Polri, serta akademisi di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Selasa.

Menurut Hasto, PDI Perjuangan pernah memiliki pengalaman pada Pemilu Presiden 2009, bagaimana demokrasi saat itu.

"Namun, PDI Perjuangan mengutamakan persatuan, dan menyalurkan aspirasi melalui mekanisme resmi yang diatur dalam undang-undang," katanya.

Hasto menegaskan bahwa sengketa pilkada kalau disikapi dengan taat asas dengan mematuhi mekanisme konstitusi, semuanya akan berjalan lancar dan kondusif.

"Indonesia sebagai negara hukum, tidak membenarkan provokasi dan menghasut," katanya.

Menurut Hasto, Amien Rais sejak dahulu sering menyampaikan hal-hal yang kontroversial, pada akhirnya terlihat, bahwa pemimpin itu seharusnya bicara yang baik.

"Kalau yang bicaranya tidak baik, itu bukan pemimpin. Bahwa pemimpin harus belajar dari rakyat," katanya.

Pernyataan ancaman dari Amien Rais bahwa dirinya akan menggerakkan people power , menurut Hasto, para akhirnya rakyat akan melihat yang seperti apa?

"Mungkin Pak Amien khawatir karena semua anaknya ada empat orang jadi caleg PAN. Dalam perjuangan itu, belum tentu mudah," katanya.

Menurut Hasto, bagi PDI Perjuangan, semua partai melalui jalan yang berliku.

"Dalam proses demokrasi, biar rakyat yang mencermati dan menilai, mana pemimpin yang baik, serta mana pemimpin yang mengobarkan kebencian. Pemilu 2019 akan menjadi tolok ukur," katanya.

Hasto meyakini pemimpin yang membawa kebaikan yang akan dipilih oleh rakyat.***2***

Pewarta: Riza Harahap
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019