Jakarta (ANTARA News) - Bisnis teknologi atau wirausaha berbasis teknologi (teknopreneurship) amat potensial dikembangkan di Indonesia mengingat masih terbukanya berbagai macam kesempatan di bidang teknologi bersih, energi alternatif, dan daur ulang. "Ada banyak kesempatan untuk membangun teknopreneurship di Indonesia terutama dalam bidang teknologi bersih, recycle, renewable energy, waste treatment, dan lain-lain," kata Country Director New Venture Indonesia, Dianto Imam, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, kesulitan para teknopreneur selama ini adalah meskipun telah berada dalam tahap "start up" atau bahkan tahap konsep tetap memerlukan waktu lama untuk menghasilkan produk sehingga sulit mengakses pembiayaan. Oleh karena itu, pihaknya sebagai perusahaan venture relatif mengalami kesulitan menemukan teknopreneur di Indonesia yang akan dibiayai. "Ini berbeda dengan new venture di luar negeri yang amat mudah menemukan perusahaan-perusahaan berbasis teknologi," katanya. Menurut dia, masih sangat sedikit usaha-usaha berbasis teknologi di Indonesia. Ia mengatakan, setidaknya ada empat hal yang menjadi tantangan tumbuhnya bisnis berbasis teknologi di Indonesia, yaitu lingkungan yang tidak mendukung, skill bisnis yang belum menunjang, akses kapital yang rendah, dan akses pasar yang belum terlampau baik. Bisnis teknologi di Indonesia sebagian besar juga masih dalam tahap pemula atau setingkat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih sulit mengakses sumber permodalan. "Venture memang hingga saat ini belum tertarik untuk membiayai UKM, hal ini mengacu pada UKMB sendiri yang masih belum memenuhi persyaratan untuk mengakses pembiayaan," katanya. Apalagi sebagian perusahaan menengah kerap tertutup dan tidak fleksibel dalam berbagi informasi terutama dalam hal keuangan sehingga sulit menilai transparansi mereka, demikian Dianto Imam.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007