Jakarta (ANTARA News)- Menbudpar Jero Wacik telah mempersiapkan surat protes keras yang ditujukan langsung pada Menteri Pelancongan Malaysia Datuk Seri Tengku Adnan Tengku Mansor dan akan dikirimkan pada Rabu (31/10) atas digunakannya sebuah lagu daerah Indonesia untuk mengiringi tarian yang digelar delegasi Malaysia pada sebuah festival di Osaka, Jepang, pertengahan Oktober 2007. "Berbeda dengan kasus lagu Rasa Sayang-Sayange, pada kasus di Osaka ini klaim Indonesia sangat kuat karena lagu tersebut penciptanya sudah jelas orang Indonesia, juga saksinya ada bahwa lagu ini digunakan delegasi Malaysia di festival Osaka tanpa menyebutkan nama penciptanya," kata Jero Wacik kepada wartawan di Jakarta, Selasa. Dikatakannya, pihak Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Osaka telah melayangkan surat protes kepada Direktur Malaysian Tourism Office di Osaka pada 19 Oktober 2007, namun hingga kini tidak digubris. "Karena itu sekarang saya yang tulis surat protes langsung pada Menteri Pelancongan Malaysia. Saya akan tunggu jawabannya," kata Jero Wacik. Penggunaan lagu Indonesia itu diketahui terjadi saat berlangsungnya acara Asia Festival 2007 yang diikuti oleh Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia dan Malaysia, pada 12-14 Oktober di Osaka, Jepang. Salah seorang staf Konjen RI di Osaka ketika itu tengah menyaksikan penampilan tim kesenian Malaysia "Cinta Sayang" pada 14 Oktober. Salah satu tarian yang ditampilkan Malaysia menggunakan iringan musik yang berasal dari Sumatera Barat (Sumbar), yaitu lagu "Indang Sungai Garinggiang". Sebelum dan sesudahnya pihak Malaysian Tourism Office di Osaka yang mengelola penampilan tim kesenian Malaysia tersebut sama sekali tidak memberi penjelasan bahwa lagu yang dipakai sebagai musik pengiring tarian itu adalah lagu yang berasal dari Indonesia. Guna memastikan, pihak konjen RI Osaka menghubungi berbagai pihak di Jakarta dan juga paara tokoh masyarakat asal Sumatera Barat dan diperoleh kepastian bahwa pencipta lagu "Indang Sungai Garinggiang" adalah Tiar Ramon, seniman musik dan penyanyi asal Sumbar pada tahun 1981. "Memang sang penciptanya sudah meninggal, tetapi semua data-data yang kita miliki sudah cukup kuat untuk bisa memperingati Malaysia," kata seorang warga Minang yang tinggal di Osaka. Lagu itu diciptakan atas permintaan Pemda Sumbar untuk digunakan sebagai musik pengiring "Tari Indang". Lagu itu diperkenalkan pertama kali dipertunjukkan secara nasional pada upacara pembukaan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur`an) tingkat nasional di Padang pada tahun 1983. Berdasarkan semua data itu Konsul Jenderal Osaka Pitono Purnomo menyurati Azhari Haron, Direktur Malaysian Tourism Office juga di Osaka pada 19 Oktober 2007 untuk meminta penjelasan atas penggunaan lagu itu. Sebelumnya lagu daerah asal Maluku "Rasa Sayange" juga dibajak oleh negara jiran itu, yang semakin menyulut sentimen bangsa Indonesia, menyusul serangkaian perlakukan buruk yang diterima warganegara Indonesia yang bermukim di Malaysia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007