Paris (ANTARA News) - Israel harus mendapat jaminan bahwa penyelundupan senjata ke Jalur Gaza berhenti agar negara Yahudi itu mengakhiri ofensifnya, kata Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel, Kamis. "Senjata tidak boleh berbicara, eskalasi serangan harus berhenti, Israel harus memperoleh jaminan keamanan dan meninggalkan Gaza secepat mungkin. Kami siap melakukan prakarsa bersama untuk membantu menciptakan perdamaian di Timur Tengah," kata Sarkozy. "Saya ingin menyatakan lagi sikap saya, juga sikap Angela Merkel, bahwa Israel harus diberi jaminan bahwa senjata tidak melintasi perbatasan. Sejak saat itu, militer Israel harus meninggalkan Gaza," katanya. Merkel sependapat dam mengatakan, "Waktu telah habis. Intinya adalah jaminan bagi keamanan Israel. Penyelundupan senjata harus berhenti." Perancis telah mengusulkan menghidupkan lagi misi pengamat Uni Eropa untuk membantu Mesir mencegah para penyelundup mengirim roket dan peledak kepada gerilyawan Palestina di Jalur Gaza. Militer Israel hari Minggu (28/12) menyatakan membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir. "Angkatan udara baru saja menyerang lebih dari 40 terowongan yang ditemukan di sisi perbatasan Gaza. Terowongan-terowongan itu, kami yakin, digunakan untuk penyelundupan senjata, peledak dan kadang orang-orang yang akan berlatih untuk misi teror di negara-negara lain di kawasan itu," kata jurubicara militer Avital Leibovitch kepada wartawan. "Pilot memberitahukan hantaman langsung terhadap sasaran-sasaran ini," katanya. Menurut laporan wartawan AFP, jet-jet Israel membom daerah sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, menimbulkan asap tebal yang membubung ke angkasa. Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu dikabarkan digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya dua tahun lalu. Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009