Chicago (ANTARA News) - Pilot pesawat yang melakukan pemboman ataom yang merupakan serangan bom nuklir pertama ke salah satu kota di Jepang Hiroshima, meninggal dunia Kamis pada usia 92. Paul Warfield Tibbets Jr, yang membawa pesawat B-29 dan menjatuhkan bom "Little Boy" yang berbobot kurang lebih 4.500 kg pada 6 Agustus meninggal dunia di kediamannya di midwest city of Columbus, Ohio. Ia menderita penyakit jantung demikian menejer serta penerbit perusahaan penerbit Gerry haouse mengatakan kepada AFP. Tibbets tidak hanya sekedar pilot, ia adalah orang yang sangat berperan dalam merancang dan menguji pesawat tersebut yang membawa muatan bom serta melatih sejumlah perwira untuk menerbangkannya. Tibbets menyatakan dirinya tak pernah menyesal melakukan pemboman yang mengakhiri Perang Dunia II namun meminta korban nyawa 140 ribu orang warga Jepang yang mati seketika dan 80 ribu orang Jepang lainnya yang mati selang beberapa waktu, demikian keterangan yang diperoleh dari pejabat kota Hiroshima. "Bom itulah yang membawa kita kepada akhir Perang Dunia II," katanya kepada Columbus Dispatch pada tahun 2003. Menyadari sepenuhnya bahwa banyak orang yang tak sependapat dengannya dalam hal sejarah, Tibbets meminta kepada keluarganya agar jasadnya dikremasi sehingga kuburannya tak akan pernah dapat diganggu dan diperlakukan dengan tidak hormat. Tibbets ketika itu berpangkat Letnan Kolonel dan berusia 30 tahun saat ia membawa pesawat pembom . Selag berpuluh-puluh tahun kemudian peristiwa jatuhnya bom atom pertama di kancah perang tetap terus membayang dalam ingatannya. "Seandainya Dante ada bersama dengan kami di atas pesawat maka ia akan sangat ketakutan ," katanya satu ketika. "Kota yang tampak indah dihari cerah disinari mentari beberapa menit sebelumnya berubah menjadi kabut asap yang sangat jelek, tampak menghilang dibawah selimut asap dan api." Walaupun Tibbets hanya melihat sebagian kecil saja dari kerusakan yang dibuatnya di Hiroshima ia sempat berjalan jalan beberapa pekan setelah pemboman di kota Nagasaki, kota kedua yang di bom Amerika Serikat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007