Semarang (ANTARA News) - Pada musim penghujan masyarakat di wilayah Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya guguran material vulkanik dari puncak Gunung Merapi. Hal ini mereka lakukan karena datangnya bahaya yang ditimbulkan dari longsoran lahar dingin (guguran material vulkanik) maupun awan panas ("wedus gembel"), dan hal-hal yang terkait dengan erupsi Gunung Merapi terjadi secara tiba-tiba, kata beberapa tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda di Kemalang, Klaten, Sabtu. Untuk meningkatkan kewaspadaan itu, masyarakat setempat secara rutin melakukan jaga ronda secara bergantian, kata Joko dan Slamet, tokoh masyarakat di Kemalang. "Kita terus melakukan antisipasi karena musibah datang secara tiba-tiba, sehingga bagi warga yang kebetulan jaga ronda segera membunyikan titir kentongan (kentongan dipukul terus menerus) sebagai tanda bahaya dan warga harus siap-siap mengungsi," kata Guntur dan Wiwoho, pemuda warga Kemalang ketika dihubungi dari Semarang melalui ponsel mereka. Walaupun sudah diantisipasi, datangnya bahaya dari Gunung Merapi yang ada di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta ini, menurut beberapa tokoh masyarakat di Kemalang penuh dengan misteri. "Karena datangnya bahaya itu secara tiba-tiba," kata Joko. Gunung Merapi terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta, pada pertengahan tahun 2006 masa erupsi yang ditandai keluarnya lava pijar dan semburan awan panas secara intensif, ketika itu status aktivitas Merapi berada di level tertinggi yakni "Awas Merapi". Menurut Joko, Slamet, Guntur, dan Wiwoho, pihak Pemkab Klaten melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) kabupaten setempat, telah melakukan sosialisasi penanggulangan bencana Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang yang merupakan salah satu daerah yang masuk wilayah bahaya Merapi. Pada sosialisasi tersebut, warga setempat diberikan materi bagaimana cara menyelamatkan diri, mengantisipasi bahaya lahar dingin, awan panas, dan hal-hal lain yang terkait dengan erupsi Merapi. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007