Yerusalem (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice menyatakan, Minggu, Washington akan "meninjau bantuan" bagi Pakistan setelah Presiden Pervez Musharraf mengumumkan keadaan darurat. "Kami akan meninjau bantuan," kata Rice kepada sekelompok wartawan di Yerusalem yang mengikutinya dalam lawatan ke Timur Tengah. "Namun kami sungguh-sungguh prihatin, prihatin atas kontra-terorisme yang terus berlangsung, dan kami harus bisa melindungi warganegara Amerika dengan terus memerangi teroris," katanya. "Kami melakukan upaya kontra-terorisme yang berarti di Pakistan dan karenanya kami harus meninjau seluruh keadaan ini," tambahnya. Keadaan darurat yang diumumkan Musharraf pada Sabtu menyulut kecaman keras dari AS, namun Washington menyatakan memiliki keterbatasan pengaruh terhadap sekutu utamanya dalam perang melawan terorisme itu. "Saya kecewa atas keputusan ini, itu pasti," kata Rice menggemakan pernyataan sebelumnya yang dilontarkan jurubicara Gedung Putih Gordon Johndroe. "Presiden Musharraf harus memegang janjinya untuk melaksanakan pemilihan umum yang bebas dan jujur pada Januari dan meletakkan jabatan sebagai kepala staf angkatan darat sebelum melakukan sumpah jabatan presiden," kata Johndroe dalam sebuah pernyataan. Namun, jurubicara Pentagon Geoff Morrell mengatakan, tidak ada rencana untuk membekukan bantuan militer kepada Pakistan. Sementara itu, sekitar 500 orang ditangkap di Pakistan dalam penumpasan yang dilakukan setelah pemberlakuan keadaan darurat itu, kata Perdana Menteri Shaukat Aziz, Minggu. Aziz juga mengatakan, parlemen berhak menunda pemilihan umum selama setahun setelah keadaan darurat tersebut, namun ia menambahkan bahwa pemerintah belum mengambil keputusan mengenai hal itu. "Ada 400 hingga 500 penangkapan preventif di negeri ini," kata Aziz pada jumpa pers di Islamabad, memberikan angka pertama yang dikonfirmasi sejak Musharraf mengumumkan keadaan darurat itu Sabtu. Aktivis-aktivis yang ditangkap mencakup Javed Hashmi, penjabat ketua partai kubu Nawaz Sharif, aktivis hak asasi ternama Asma Jahangir dan legenda cricket yang beralih menjadi politikus Imran Khan, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007