Makassar (ANTARA News) - Pengamanan dan pengawasan situasi di sekitar Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah Sulawesi Selatan (KPUD Sulsel) oleh aparat kepolisian diperketat sejak dimulainya pencoblosan hingga penghitungan suara hasil Pilkada Sulsel yang digelar di 2000 lebih TPS, Senin. Pengamanan ketat seperti ini akan berlangsung selama 10 hari pasca-pemungutan dan perhitungan suara, karena menurut Mappinawang selaku Ketua KPUD Sulsel, dikhawatirkan ada oknum-oknum tertentu yang mengganggu aktivitas di KPUD lantaran tidak puas terhadap hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Gubernur (Pilgub). Apalagi, ia mengemukakan, selama empat hari sebelum hari "H" Pilkada, kantor KPUD Sulsel terus menjadi sasaran aksi unjuk rasa dari pendukung pasangan calon tertentu. "Sebanyak satu SSK pasukan Polri dari berbagai kesatuan seperti Brimob, Polairud dan Samapta terus berjaga-jaga selama 24 jam di sekitar kantor ini," ujar Mappinawang. Satu mobil penjinak bahan peledak milik Brimobda Sulselbar parkir di halaman depan kantor tersebut dan sekitar 100 personil polisi pengamanan terbuka dan tertutup terus berjaga-jaga. Mappinawang mengemukakan, khawatir suasana politik akan kurang kondusif pasca penghitungan suara. Namun, ia berharap, pelaksanaan Pilkada berjalan lancar dan damai dan semua pihak bisa menerima dengan lapang dada hasil Pilkada ini. Sementara itu, beberapa warga yang tidak dapat mencoblos di TPS 12 Kelurahan Pabaeng-baeng, Kecamatan Rappocini, memprotes Panitia Pemungutan Suara (PPS) karena tidak mendapatkan kartu pemilih. "Saya dalam satu keluarga yang terdiri dari empat orang, tak ada satupun yang memperoleh kartu suara," jelas salah seorang warga, Zainuddin, yang menuding Pemprov Sulsel yang dinilai kurang becus melakukan pendataan pemilih. "Seharusnya panitia penyelenggara Pilkada dan RT/RW serta kelurahan dilibatkan karena mereka lebih mengetahui warganya. Saya yang nyata-nyata masih memiliki kartu pemilih Pilpres, kok gak dapat kartu pemilih Pilkada Sulsel," ujar Zainuddin.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007