Lumajang (ANTARA News) - Aktivitas gunung berapi Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dalam sepekan terakhir menunjukkan penurunan dengan letusan berkisar 15 hingga 17 kali dengan interval waktu diatas empat jam. Petugas pemantau lahar di Gunung Semeru, Tohari, dihubungi ANTARA News, Senin, mengatakan bahwa dengan penurunan aktifitas itu, justru memunculkan kekhawatiran akan munculnya letusan dahsyat yang bisa terjadi sewaktu waktu. Berdasarkan catatan dari pos pantau Semeru di gunung Sawur, saat ini aktivitas gunung Semeru menurun bahkan tidak lagi menunjukkan adanya tanda aktivitas baik berupa gempa vulkanik maupun tektonik. Penurunan aktivitas juga di ikuti oleh menurunnya intensitas letusan. Dalam kondisi normal Semeru biasanya mengeluarkan letusan sebanyak 80 per hari dengan interval waktu 20 hingga 30 menit. Namun kini jumlah letusan mulai menurun berkisar 15 hingga 17 kali dengan interval waktu diatas 4 jam. Penurunan aktivitas yang sangat signifikan tersebut justru menimbulkan kekhawatiran akan datangnya letusan dahsyat yang bisa terjadi secara tiba tiba. Kondisinya diperparah karena petugas tidak bisa melakukan pemantauan secara visual akibat semeru selalu tertutup kabut tebal. "Satu satunya pemantauan kini hanya mengandalkan pada seismograf dan pemantau digital yang terpasang di gunung Sawur," kata Tohari. Namun meski terjadi penurunan aktivitas kata dia status gunung semeru hingga kini masih belum diturunkan dari level waspada. Untuk itu petugas tetap menghimbau kepada warga agar berhati hati dan meningkatkan kewaspadaan kemungkinan munculnya letusan dan banjir lahar dingin yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan. Akibat kondisi gunung Semeru yang tidak stabil, jalur pendakian ke puncak Semeru hingga kini tetap dinyatakan tertutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007