Islamabad (ANTARA News) - Mantan Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto, tiba di Islamabad Selasa untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin politik mengenai status negara dalam darurat, namun dia mengatakan tak berencana untuk bertemu dengan Presiden Pervez Musharraf. "Saya mengadakan pembahasan-pembahasan dengan pemimpin partai-partai lain mengenai situasi terakhir dan menggariskan strategi bersama dengan mereka," katanya kepada para wartawan pada saat dia meninggalkan bandara Karachi. Pemimpin oposisi Bhutto mengatakan, pertemuan dengan Musharraf `tidak ada dalam jadwalnya selama dia berada di Islamabad.` Setiba di bandara Islamabad, Bhutto, yang mengenakan pakaian yang menjadi ciri khasnya yakni kerudung putih, melambaikan tangan kepada para pendukungnya melalui kendaraan empat-kali-empat yang terbuka di bagian atasnya. Dia kemudian meluncur ke rumahnya di kota di tengah penjagaan keamanan yang ketat. Ini adalah kunjungan pertama Bhutto ke ibukota sejak dia kembali ke Pakistan 18 Oktober dari delapan tahun pengasingannya atas tuduhan korupsi, kepulangan yang disambut dengan dua bom yang menewaskan 139 orang. Sekretaris pribadi Benazir Bhutto, Naheed Khan, mengatakan bahwa para anggota parlemen dari Partai Rakyat Pakistan (PPP) moderat yang dipimpinnya, akan memboikot sidang parlemen Rabu untuk memprotes status negara darurat. Mereka juga akan mengadakan aksi protes di luar gedung majelis nasional, kata Khan kepada para wartawan di luar rumah Bhutto di Islamabad, meskipun hal itu belum jelas apakah Bhutto akan ikut ambil bagian dalam aksi tersebut. Benazir Bhutto, yang menjadi perdana menteri dari 1988 sampai 1990 dan lagi dari 1993 sampai 1996, bererncana akan berpidato dalam satu pertemuan umum di Rawalpindi, kota garnisun di tengah Islamabad, Jum`at. Dia mengatakan dalam konferensi pers di kediamannya bahwa partainya berencana akan mengadakan rapat umum mengenai pemilu di Rawalpindi 9 November. "Namun sekarang kami telah memutuskan rapat itu akan menjadi pertemuan protes terhadap pemberlakuan status darurat." Bhutto, 54 tahun, Kamis lalu terbang ke Dubai, namun kembali pulang ke negaranya setelah keputusan Musharraf memberlakukan status negara dalam darurat Sabtu. Penguasa militer Musharraf dan Bhutto telah melakukan kontak beberapa bulan untuk membahas kemungkinan kesepakatan bagi-kekuasaan setelah pemilihan umum Januari. Musharraf memberinya amnesti berkaitan dengan tuduhan korupsi pada Oktober lalu, yang mengizinkannya kembali ke negaranya, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007