Jimbaran, Bali (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah membantah jika suku bunga BI atau (BI rate) sudah tidak mungkin lagi turun, setelah selama empat bulan terakhir stagnan pada posisi 8,25 persen. "Ke depan bukan berarti tidak ada ruang kembali penurunan suku bunga. Jangan dulu divonis seperti itu. Saya ingin menyarankan bahwa ke depan kita akan lebih mencermati supaya kita menyeimbangkan harga-harga yang tepat supaya `growth` justru memberikan dorongan," kata Burhanuddin, di sela-sela Seminar Internasional Stabilitas Makroekonomi untuk Pertumbuhan dan Tenaga Kerja di Jimbaran, Bali, Kamis. Kenaikan harga minyak dunia dan dampak dari kasus `subprime mortgage` di Amerika Serikat, lanjut Burhanuddin, akan terus dicermati pengaruhnya. Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI, Miranda Goeltom mengatakan saat ini pihaknya masih mencari data lebih banyak mengenai perkembangan ekonomi global saat ini untuk menghitung pengaruhnya pada ekonomi nasional, termasuk kebijakan suku bunga. "Kita perlu informasi dan data lebih banyak, karena suku bunga bisa kita ubah-ubah atau policy mengenai bunga hanya bisa kita lakukan kalau informasinya komplit," katanya. Miranda menambahkan pihaknya tidak memungkiri bahwa kondisi ekonomi global saat ini akan berdampak terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional, namun yang paling penting adalah merespon kenyataan itu agar tidak terlalu berpengaruh buruk terhadap ekonomi nasional serta masyarakat. "Tidak benar kalau pengaruhnya tidak ada, karena itu justru berpengaruh terhadap kebijakan kita. Yang penting bagaimana meresponnya, kalaupun ada dampak, pengaruh ke masyarakat kecil tidak terlalu terasa," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007