Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui bahwa angka kemiskinan di tanah air masih tinggi, yakni mencapai 37,1 juta jiwa, namun dia meminta semua pihak agar memahami cara membaca data dan angka kemiskinan tersebut secara benar. "Saya akui angka kemiskinan masih tinggi, karena itu pemerintah terus menggalakkan program peningkatan kesehatan, termasuk asuransi bagi masyarakat miskin (Askeskin -red)," kata Presiden Yudhoyono dalam sambutannya pada Peringatan Hari Kesehatan Nasonal Ke-43 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu. Acara puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional yang tahun ini bertema "Rakyat Sehat, Negara Kuat" itu dihadiri oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan ribuan anggota masyarakat dari unsur tenaga medis, pondok pesantren, Pramuka dan lembaga swadaya masyarakat. Presiden menjelaskan, selama ini ada kalangan yang membaca angka kemiskinan naik dua kali lipat atau menjadi 76,4 juta jiwa, padahal angka itu merupakan jumlah masyarakat yang memeroleh layanan Askeskin. "Saya terangkan sekali lagi, Askeskin bukan saja melayani masyarakat kategori miskin, tetapi juga melayani kesehatan kelompok masyarakat yang hampir miskin atau mereka yang kurang mampu," katanya. Ia menjelaskan pula bahwa untuk menjamin ketersediaan layanan kesehatan bagi masyarakat, pemerintah telah meningkatkan kapasitas layanan Askeskin hingga dua kali lipat. "Sebagai pengemban amanah di negeri ini saya mengajak semua pihak membantu program dan kebijakan pemerintah mewujudkan masyarakat yang lebih sehat. Itu tugas saya dan kita untuk mewujudkan masyarakat sejahtera," katanya. Kepala Negara mengemukakan pada pelaksanaan program Askeskin 2006, telah dilayani 110 juta kunjungan untuk mendapatkan layanan kesehatan, pertolongan operasi dan perbaikan gizi. Guna memaksimalkan cakupan pelayanan Askeskin, Presiden mengatakan pemerintah telah meminta kepala daerah, seperti gubernur dan bupati/walikota, agar memerhatikan pelaksanaan program Askeskin sekaligus mendorong upaya peningkatan alokasi anggara daerah untuk kesehatan. "Kita harus bersama-sama memantapkan pengelolaan Askeskin agar berdampak luas, efektif dan tepat sasaran," kata Presiden. Lebih lanjut ia menjelaskan, pemerintah bersama seluruh masyarakat harus berkomitmen untuk bekerja sama menyukseskan program kesehatan yang pro-rakyat. Untuk itu, katanya, setiap desa perlu dijadikan sebagai Desa Siaga, yakni desa yang mampu menangani masalah kesehatannya melalui pelibatan semua unsur dalam masyarakat, termasuk tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala sekolah, pesantren dan lembaga swadaya masyarakat. Di akhir pidatonya Presiden juga mendorong para peneliti obat untuk meningkatkan kemampuan mereka supaya dapat menemukan obat berkualitas dengan harga terjangkau. Pada kesempatan itu Presiden juga menyematkan lencana penghargaan Satria Bhakti Husada kepada kepada 13 individu berjasa dalam bidang kesehatan, seperti Menteri Dalam Negeri, Gubernur Provinsi Bali Dewa Made Bherata, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum DPP Walubi Siti Hartati Murdaya, Bupati Karang Anyar Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih dan perwakilan Pondok Pesantren Langitan (Tuban) dan Pondok Pesantren Lirboyo (Kediri). Pada akhir acara Presiden didampingi Ibu Negara juga meluangkan waktu menyaksikan fragmen Desa Siaga yang diperankan oleh anak-anak sekolah dasar dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. (*)

Copyright © ANTARA 2007