Medan (ANTARA News) - Iklan telepon selular bertarif murah yang ditampilkan sejumlah media massa cetak maupun elektronik saat ini, dinilai cenderung menyesatkan masyarakat dan merugikan konsumen, kata salah satu pimpinan lembaga perlindungan konsumen. "Agar kondisi itu tidak berlanjut Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), kami minta segera mengambil langkah untuk menertibkan model iklan yang cenderung menyesatkan seperti itu," kata Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen, Farid Wajdi, di Medan, Rabu. Menurut dia, masing-masing operator telepon selular berkeinginan menjadikan perusahaannya terkemuka, dengan menjaring sebanyak-banyaknya pelanggan melalui beragam strategi dan trik. Farid menilai, semua operator telepon selular itu, mengklaim bertarif termurah, namun strategi merebut pangsa pasar seperti itu mengakibatkan persaingan pemasaran yang kurang sehat dan cenderung menipu konsumen. Iklan seperti itu, menurut dia, kurang mendidik dan mengabaikan informasi yang bersifat lebih mendidik dan tidak membohongi publik. Farid mencontohkan, promosi telepon selular CDMA Esia dengan tarif Rp1.000 per jam, Telkom-Flexi dengan tarif Rp49 per menit, dan Fren dengan tarif Rp7 per menit, serta sejumlah operator telepon genggam (HP) GSM lain yang menawarkan penggunaan telepon gratis sesama operator. "Tak salah bila konsumen menganggap tarif tersebut murah dan mencoba membeli produk itu, padahal sesungguhnya pada bagian lain ada syarat yang berlaku untuk bisa menggunakan tarif itu," kata dia pula. Kenyataannya, syarat itu tidak turut serta disampaikan pada promosi iklan yang ditampilkan di media massa. Dia mengingatkan, para operator telepon selular dapat bersikap proaktif dan kreatif, dengan mengedepankan nilai edukasi kepada konsumen serta mengedepankan kebenaran, jelas dan jujur, tidak hanya sekedar meraup untung. Sebaliknya konsumen juga diingatkan, harus lebih cerdas dan selektif dalam meneliti setiap iklan yang menawarkan harga murah. "Jangan sampai semuanya ditelan bulat-bulat," ujar Farid pula. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007