Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia memprediksi jumlah penduduk miskin di Indonesia akan turun 4,6 juta orang dari 105,3 juta atau 45,2 persen menjadi 100,7 juta orang atau 42,6 persen, demikian tinjauan terkini Bank Dunia atas pembangunan di Asia Timur dan Pasifik. "Ini merupakan perkiraan Bank Dunia yang sudah menghitung pertumbuhan, inflasi, serta dampak kenaikan harga minyak dunia. Masih ada banyak lagi faktor-faktor yang dimasukkan, namun ini mengasumsikan pemerintah tidak menaikkan harga BBM pada tahun depan," kata ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, William Wallace, di Jakarta, Kamis. Perhitungan itu menggunakan definisi penduduk yang hidup di bawah 2 dolar per hari per orang, dengan jumlah penduduk Indonesia 232,9 juta orang pada 2007 dan 236,4 juta orang pada 2008. Wallace menjelaskan, kondisi itu bisa tercapai seandainya seluruh skenario yang muncul dalam tinjauan itu terjadi, seperti pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, inflasi 6,0 persen, defisit anggaran 1,8 persen dan harga rata-rata minyak dunia 72,4 dolar AS per barel. "Selain itu, pertumbuhan ekonomi AS yang melambat tidak terlalu parah, paling tidak masih sekitar 2 persen," jelasnya. Ditambahkannya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Program Keluarga Harapan (PKH) juga diyakini bakal dapat menekan jumlah penduduk miskin. Menanggapi hal itu, Pengamat Ekonomi Dradjad Wibowo mengemukakan Bank Dunia kembali membuat kesalahan dalam membuat proyeksi terhadap Indonesia. "Bank Dunia terbukti sering salah. Datanya pun bukan hasil sensus, tapi survey yang terbatas," katanya. Ditambahkannya Bank Dunia juga ingin menjustifikasi bahwa kebijakan neoliberal yang diambil pemerintah pemerintah saat ini sudah berhasil menurunkan kemiskinan. "Namun faktanya di masyarakat, banyak yang merasa hidup makin susah. Jadi saya tidak percaya data Bank Dunia tersebut," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007