Denpasar (ANTARA News) - Ribuan pelanggan seks di Bali berisiko terinfeksi HIV, karena itu Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat merencanakan proyek percontohan pelaksanaan supervisi ketat lokasi risiko tinggi penularan HIV di sejumlah kabupaten. Supervisi ketat itu berupa pengawasan kesehatan pekerja seks dan pelanggannya secara rutin, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, LSM, dan desa pekraman/adat setempat, kata Ketua Harian KPA Propinsi Bali, Kesuma Kelakan, kepada wartawan dan aktivis HIV/AIDS di Hotel Santhi, Bali, Jumat. Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dari sekitar 4.000 orang pelanggan seks, tidak kurang 2.500 orang diantaranya berisiko terinfeksi HIV. "Supervisi ketat dilakukan di lokasi transaksi seks yang telah ada. Hal ini bukan upaya legalisasi atau malah membuat lokasi baru," kata Wagub Bali ini. Ada dua opsi yang ditawarkan untuk dipikirkan bersama, yakni menyelesaikan persoalan prostitusi sampai tuntas. Kemudian pendekatan kemanusiaan karena persoalan dibaliknya adalah kemiskinan, kebodohan, dan lapangan kerja. Penularan HIV yang makin tak terkontrol lewat hubungan seks sangat meresahkan, karena berdampak sangat cepat. "Di Tabanan, ada suami-istri yang meninggal secara beruntun karena AIDS. Bahkan disusul anaknya yang berumur 10 tahun. Sekarang tinggal anaknya yang usia 12 tahun," ujar Kelakan. Hal serupa juga terjadi di sebuah desa terpencil di Buleleng, Karangasem, dan daerah lainnya di pedesaan Bali. "Kenapa banyak warga desa terinfeksi HIV? Salah satunya, berdasarkan sejumlah kasus yang terjadi, adalah karena transaksi seks di lokasi prostitusi. Tanpa disadari, suami mereka kerap melakukan hubungan seks tanpa kondom di lokasi prostitusi yang banyak tersebar di pelosok desa," katanya. Karena gejala menjadi AIDS sangat panjang, sekitar 5-10 tahun, banyak yang telah menularkan virusnya ke keluarganya. Mereka sama sekali tidak tahu telah terinfeksi HIV, lalu meninggal tanpa pengobatan rutin. Akhirnya HIV diwariskan ke anak-anak mereka. "Desa Pekraman dan lembaga adat tidak boleh angkat tangan dan tidak peduli terhadap adanya lokasi transaksi seks di daerahnya," pinta Kelakan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007