Kupang (ANTARA News) - Sesepuh Partai PDI (Penegak Demokrasi Indonesia), Soerjadi mengakui bahwa partai yang didirikannya itu sudah kehilangan arah politik untuk berkembang maju menjadi sebuah partai nasionalis yang tetap eksis di bumi Indonesia. "Situasi yang kita hadapi saat ini sangat tidak kondusif akibat ulah pimpinan partai di tingkat pusat yang tidak memberi ruang serta jaminan bagi kehidupan partai ke depan," katanya pada penutupan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) PPDI di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu. Politisi kawakan dari PDI itu mengatakan, Munaslub yang digelar sejak 16 November lalu hingga penutupan saat ini, merupakan pilihan politik yang elegan untuk memilih kepengurusan baru partai dalam menghadapi Pemilu 2009. Munaslub PPDI yang diikuti sebagian besar Dewan Pimpinan Daerah (DPD) partai tersebut, akhirnya memilih Ketua DPD PPDI Jawa Timur, H Endung Sutrisno MBA.MM menjadi Ketua Umum DPP PPDI periode 2007-2012 menggantikan H Mentik Budiwiyono. Budiwiyono bersama Sekjen PPDI, Yoseph Lea Wea dilaporkan lebih dahulu meninggalkan partai tersebut dan bergabung dengan partai lain ketika PPDI dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk mengikuti Pemilu 2009. Situasi politik yang dihadapi PPDI tersebut, dilukiskan Soerjadi sebagai sesuatu yang tidak kondusif dalam upaya menata kehidupan sebuah partai politik untuk melangkah ke depan, sehingga Munaslub merupakan jawaban yang tepat dalam menghadapi situasi tersebut. Ia juga mengeritik tindakan mantan Ketua Umum PPDI, H Mentik Budiwiyono yang mengeluarkan surat pemecatan terhadap kepengurusan DPD PPDI NTT pimpinan Simon Hayon ketika yang bersangkutan sudah hengkang dari PPDI. "Apa yang bisa kita harapkan dari model kepemimpinan seperti ini? Bagaimana partai bisa maju jika perbedaan pendapat dalam alam demokrasi harus diakhiri dengan tindakan pemecatan. Partai bisa hancur berantakan jika seorang pemimpin tidak memahami aturan beroganisasi," katanya. Soerjadi menyatakan kagum dengan sikap politik Simon Hayon yang terus mempertahankan Partai PDI hidup di bumi NTT dan menyumbang suara terbanyak bagi partai tersebut dalam setiap hajatan politik nasional (pemilu). "Pak Simon Hayon sudah menjadi bagian dari sejarah perjuangan politik partai tersebut, sehingga amat sangat lucu jika dia harus dipecat oleh seorang pemimpin partai yang tidak memahami organisasi politik partai," katanya menambahkan. Dalam arena Munaslub Partai PDI tersebut, kemungkinan besar partai tersebut kembali mengganti nama menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), karena PPDI tidak memenuhi syarat untuk maju menjadi salah satu peserta Pemilu 2009. Munslub tersebut juga menegaskan bahwa jika PPDI harus kembali ke namanya seperti semula dengan menggunakan tanda gambar partai seperti pada 1973 maka Sophan Sophian (aktor film dan politisi dari PDI serta PDI Perjuangan) akan ditunjuk menjadi Ketua Umum PDI. Sementara, kepengurusan PDI di bawah pimpinan H Mentik Budiwiyono dinyatakan tidak sah, karena pembentukannya tidak melalui suatu mekanisme yang prosedural sesuai kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya dalam arena Munas I PPDI di Surabaya, Jawa Timur pada 2005. Ketua Umum DPP PPDI terpilih dalam arena Munaslub tersebut, H Endung Sutrisno MBA.MM menegaskan bahwa PPDI tidak akan bergabung dengan parpol lain yang lolos dalam Pemilu 2009, tetapi berdiri sendiri menjadi sebuah partai baru jika tidak lolos dalam verifikasi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007