Surabaya (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat mengakui 11 dari 13 peringatan dini untuk tsunami melalui "Tsunami Early Warning System" (TEWS) tak akurat. "Selama Januari-Oktober 2007, kami telah mengeluarkan 13 kali TEWS, tapi hanya dua yang terbukti," kata Kepala Bidang Seismologi Teknik dan Tsunami BMG Pusat, Fauzi MSi PhD, di Surabaya, Selasa. Di hadapan peserta sosialisasi Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, ia mengatakan, dua tsunami dari 13 kali TEWS itu terjadi di Bitung pada Januari 2007 dan di Bengkulu pada September 2007. "Kami mengakui tingkat akurasi sistem peringatan dini yang ada masih kurang, karena itu kami akan terus melakukan evaluasi, sebab dampak pengeluaran TEWS adalah evakuasi," katanya. Caranya, katanya, pihaknya akan menambah jumlah sensor seismik hingga memenuhi standar, sebab luasan wilayah seperti Indonesia yang rawan gempa dan tsunami membutuhkan 160 sensor seismik. "Saat ini baru terpasang 73 sensor seismik, sehingga baru setengah dari kebutuhan dan hal itu pun kita dapatkan dari hibah luar negeri seperti dari Jepang dan Jerman," katanya. Menurut pria kelahiran Yogyakarta pada 17 Agustus 1969 itu, BMG menargetkan pemasangan 35 sistem sensor seismik akhir tahun 2007, sehingga akan terpasang lebih dari 100 sensor seismik. "Di seluruh dunia memang tidak ada TEWS yang dapat memberikan data akurat 100 persen, tapi akurasi sangat terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat," katanya. Oleh karena itu, katanya, pihaknya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada TEWS yang saat ini masih 50 persen saja. "Kalau dari sisi kecepatan waktu memberikan peringatan dini, kami sudah cukup berhasil, karena kami dapat memberikan TEWS dalam selang 4 hingga 5 menit dari gempa yang telah terjadi," katanya. Di Indonesia selama kurun 1991-2007 terjadi 23 kali gempa dan 10 kali terjadi tsunami, sehingga selang waktu 16 tahun menunjukkan rata-rata setiap tahun ada gempa dan tsunami. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007