Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla mengatakan sistem konvensi sebagai ajang penyaringan calon presiden (capres) dari Partai Golkar telah menyimpang dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai sehingga pada 2009 partai akan menyaring capres lewat forum rapat pimpinan nasional (rapimnas). "Konvensi tidak lagi menjadi ajang pertarungan ide dari para calon, melainkan sudah berubah menjadi forum adu kekuatan yang saling menjatuhkan," katanya usai memberikan sambutan dalam peluncuran buku "Demokratisasi Internal Partai Golkar" karangan Abu Hanifah di Jakarta, Selasa. Sebelumnya mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung meminta Partai Golkar tidak ragu menerapkan sistem konvensi untuk mencari capres dari partai tersebut. Pada Pemilu 2004 Golkar menerapkan sistem konvensi untuk menyaring capres yang menghasilkan Wiranto sebagai capres Golkar. Kalla yang juga Wakil Presiden mengatakan, perbedaan pandangan mengenai konvensi sebagai salah satu forum penyaringan capres merupakan hal yang wajar dalam sebuah dinamika politik partai. Namun, tambahnya, bukan berarti perbedaan pandangan itu kemudian berujung pada perseteruan antar-kader Golkar. "Saya berterima kasih kepada teman-teman partai yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk ikut dalam konvensi pada 2004 meski pada akhirnya saya memiliki pandangan lain tentang prinsip konvensi," katanya. Jusuf Kalla mengatakan, konvensi yang telah dijalankan Partai Golkar pada pemilu 2004 ternyata tidak memberikan manfaat apapun bagi Golkar selain prosesnya yang panjang serta menghabiskan energi dan dana cukup besar. "Dalam konvensi yang lalu ternyata hanya menimbulkan banyak masalah. Energi yang luar biasa besar serta menghabiskan biaya mahal sementara arah dari konvensi itu juga menjadi kabur," katanya. Terkait itu, kata Kalla, ia memutuskan untuk keluar dari konvensi dan hal itu juga telah dikonsultasikan kepada Akbar Tandjung sebagai penggagas konvensi. "Saya meminta maaf kepada Pak Akbar karena meski saya sudah diberi kesempatan pada gelombang kedua namun pada akhirnya saya harus keluar karena esensi dari konvensi telah menyimpang dari AD/ART partai," katanya. Pada kesempatan itu, kata Kalla, ia juga menyampaikan kepada Akbar, meski ia keluar dari konvensi tapi tetap kader Golkar dan sangat yakin Golkar memenangkan pemilu saat itu dengan perolehan suara 60 persen. Berdasar pengalaman tersebut, Jusuf Kalla menegaskan bahwa penyaringan capres pada 2009 harus dikembalikan pada AD/ART partai yang menyebutkan hanya ada satu forum, yakni rapimnas. Ia mengatakan, setiap dinamika yang terjadi di tubuh partai selalu mengandung risiko politik bagi partai. "Rapimnas atau konvensi tentu itu merupakan pilihan politik dan itu sah, tetapi karena konvensi telah terbukti menyimpang dari AD/ART dan tidak memberikan manfaat apapun kepada partai maka pada 2009 kembali ke rapimnas," katanya. Sebelumnya Akbar mengatakan, saat ini Jusuf Kalla terkesan ragu-ragu dalam memutuskan digunakan atau tidaknya konvensi. Akbar mengatakan sebaiknya konvensi diberlakukan karena bermanfaat untuk partai yaitu dapat mengangkat citra partai berlambang pohon beringin tersebut. Selain itu, katanya, konvensi bermanfaat dalam pemantapan infrastruktur. Jika konvensi tidak lagi diberlakukan, lanjut dia, Golkar akan dicap sebagai partai yang tidak konsisten menentukan kebijakan. "Konvensi adalah inovasi dari Golkar. Dengan konvensi maka infrastruktur partai bergerak dengan dinamis dan itu merupakan persiapan bagi Golkar untuk menghadapi agenda politik selanjutnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007