Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, optimist inflasi bakal terkontrol, meskipun ada kekhawatiran tekanan harga minyak dunia bakal memaksa industri menaikkan harga produk. "Yang bisa dilakukan adalah respon dari kebijakan moneter karena kebutuhan moneter bisa mingguan atau bulanan. Ini yang menyeimbangkan antara tekanan permintaan dan kecepatan pasokan untuk mengikutinya, tapi inflasi dapat dikontrol pada kisaran 6 persen," kata Menkeu di Jakarta, kemarin. Menurut Menkeu, jika kenaikan harga disebabkan faktor tekanan harga, maka itu telah diserap oleh kenaikan subsidi oleh pemerintah. "Tapi kalau tekanan bukan dari harga, maka BI yang harus merespons, entah dalam bentuk penyesuaian nilai tukar atau suku bunga karena berhubungan dengan jumlah uang beredar," jelasnya. Menjawab pertanyaan, ia mengatakan, tidak ada sama sekali dengan mekanisme subsidi yang ada sekarang, bahkan pada November kebutuhan subsidi bisa melebihi angka Rp55 triliun. "Tapi kita akan sampaikan ke BPK mengapa pemerintah bayar lebih dari plafon agar ini tidak menjadi temuan," ungkapnya. Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI, Miranda SB Goeltom mengatakan, BI memperkirakan tekanan inflasi yang disebabkan oleh produk makanan yang harganya ditentukan pasar (volatile food) akan menurun akibat pengaruh iklim yang kondusif, dan komitmen pemerintah untuk menjaga harga minyak goreng. "Tekanan inflasi kelompok makanan yang harganya ditentukan pemerintah (administered price) juga menurun karena pemerintah berkomitmen tidak menaikkan harga komoditi kelompok tersebut 2009," katanya. Sebelumnya, Direktur Perencanaan Makro Bappenas, Bambang Priyambodo mengatakan, menurut kajian input output yang dilakukan Bappenas dan BI atas dasar tabel harga pada tahun 2000, maka diperkirakan setiap kenaikan 10 persen harga BBM industri, ada tambahan inflasi 0,2 persen-0,3 persen.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007