Seoul (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Korea Selatan (Menhan Korsel) pada Selasa bertolak ke Pyongyang, Korea Utara (Korut), untuk melakukan serangkaian perundingan yang langka terjadi guna meredakan sejumlah ketegangan perbatasan, dan memuluskan jalan bagi proyek rekonsiliasi yang bernilai miliaran dolar itu. Menhan Korsel, Kim Jang-Soo, dijadwalkan Selasa malam memulai perundingan-perundingan tiga harinya di Pyongyang dengan Kim Il-Chol. Pertemuan kedua menteri pertahanan dua negara Korea itu baru terjadi untuk kedua kalinya dalam sejarah, di mana kedua negara secara teknis masih dalam keadaan perang sejak konflik mereka 1950-1953 berakhir hanya dengan gencatan senjata. Hubungan-hubungan mereka telah membaik sejak Korea Utara mulai menutup program senjata-senjata nuklirnya berdasarkan kesepakatan enam negara. Para pakar nuklir dari Korea Selatan, Amerika Serikat, China, Jepang dan Rusia secara terpisah dijadwalkan tiba di kompleks nuklir Korea Utara di Yongbyon, Selasa, guna memeriksa perkembangan penutupan pabrik-pabrik nuklir yang menghasilkan plutonium itu. Para pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara, pada konferensi tingkat tinggi (KTT) yang bersejarah di Beijing Oktober lalu, menyepakati berbagai proyek perdamaian dan rekonsiliasi, dan perdana menteri kedua negara membahas lebih lanjut rencana-rencana itu pada bulan ini. Salah satu proyek penting adalah pelanjutan jasa angkutan barang kereta api lintas perbatasan pada 11 Desember mendatang, untuk pertama kalinya dilakukan sejak setengah abad. Para menteri pertahanan juga membahas jaminan-jaminan keamanan militer bagi layanan perlintasan batas kedua negara yang dijaga ketat. Para perdana menteri juga sepakat dimulainya pembentukan wilayah penangkapan ikan bersama di Sungai Kuning, pada pertengahan pertama tahun depan. Ini adalah bagian dari `zona perdamaian` yang diperluas yang akan mencakup zona ekonomi bersama di sekitar pangkalan angkatan laut Korea Utara dan pelabuhan Haeju. Kim Jang-Soo mengatakan, dia akan berusaha untuk menjamin pertemuannya tidak terkendala oleh sengketa atas Lintas Batas Utara, perbatasan laut yang menjadi tempat pertempuran berdarah angkatan laut pada tahun 1999 dan 2002. "Saya menuju Korea Utara dengan separoh harapan dan separoh keprihatinan," kata Kim mengatakan kepada para wartawan sebelum berangkat. Ia menambahkan bahwa Utara diperkirakan akan mengajukan masalah perbatasan laut. "Namun saya akan berusaha melakukan yang terbaik, bahwa masalah itu tidaka akan ditunda atau merintangi kesepakatan-kesepakatan mengenai persoalan-persoalan lainnya." Korea Utara tak pernah mengakui garis batas laut tersebut, yang secara sepihak diberlakukan oleh PBB setengah abad yang lalu. Dalam perundingan-perundingan militer tingkat-rendah sebelumnya, masih terdapat perbedaaan pendapat mengenai perbatasan laut tersebut. Pyongyang mengatakan penyelesaian masalah tersebut harus dilakukan secara mendasar untuk membangun kepercayaan dan meredakan ketegangan. Delegasi Korea Selatan termasuk dua jenderal angkatan darat dan Cho Byung-Je, direktur jenderal dari kementerian luar negeri Korea Utara, biro Amerika. AS terlibat mendalam dalam upaya-upaya menutup program nuklir Pyongyang. Berdasarkan tahapan sekarang dari kesepakatan denuklirisasi, Korea Utara berjanji untuk menutup pabrik-pabriknya dan mengumumkan suatu daftar penuh mengenai program nuklir mereka pada akhir tahun ini, untuk menerima imbalan bantuan energi, demikian laporan AFP. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007