Jakarta (ANTARA News) - Desember menjelang, musim festival film pun tiba. Panggung seni memang tak pernah sepi, apalagi menjelang penghujung tahun. Setidaknya ada tiga festival film yang akan digelar pada Desember 2007. Festival Film Internasional Jakarta (Jiffest) ke-9 pada 7 hingga 16 Desember 2007, Festival Film Indonesia (FFI) di Pekanbaru 14 Desember 2007, dan Festival Film Jakarta mulai 8 Desember 2007. Sebelumnya telah berlangsung Festival Film Pendek Konfiden 18 hingga 24 November 2007 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Dari 33 film pendek yang diseleksi tiga diantaranya meraih penghargaan. Film "Jalan Sepanjang Kenangan" karya sutradara Eddie Cahyono meraih penghargaan film pendek fiksi terbaik, "Di Atas Rel Mati" karya sutradara Nurfitria Napiz dan Welldy Handoko mendapat penghargaan film pendek dokumenter terbaik, dan "Cheng-cheng Po" karya sutradara BW Purba mengantongi penghargaan film pendek pilihan penonton. Beragam festival film di Indonesia itu beriringan dengan festival sejenis di luar negeri. Di Singapura sedang berlangsung "Asian First Films Festival" 27 November hingga 4 Desember 2007 yang menyediakan penghargaan terbaik bagi sembilan kategori untuk film-film dari kawasan Asia Pasifik. Di Goa, India berlangsung festival film internasional ke-38 (38th International Film Festival of India) 23 November hingga 3 Desember 2007 yang memilih film-film terbaik dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sedangkan puncak penghargaan film dunia untuk memperebutkan piala Oscar alias "Academy Award" 24 Februari 2008 juga sudah terasa gaungnya saat ini, terlebih lagi film "Denias, Senandung Di Atas Awan" dikirimkan oleh Persatuan Perusahaan Film Indonesia untuk mengikuti seleksi memperebutkan Oscar kategori film asing. "Denias, Senandung Di Atas Awan" bakal bersaing antara lain dengan film "Persepolis" (Prancis), "881" (Singapura), "4 Months, 3 Weeks & 2 Days" (Rumania), "The Year My Parents Went on Vacation" (Brazil), "Hula Girls" (Jepang), "The Blossoming of Maximo Oliveros" (Filipina), "Donsol" (Filipina), "Pao`s Story" (Vietnam), dan "Indigenes" (Aljazair). Pada ajang Asia-Pacific Screen Awards (APSA) di Gold Coast, Queensland, Australia 13 November lalu, film "Denias, Senandung di Atas Awan" dianugerahkan sebagai Film Anak-anak Layar Lebar Terbaik (Best Children`s Feature Film). Penghargaan diterima oleh produser film itu, Ari Sihasale. APSA yang diselenggarakan oleh Pemerintah Queensland bekerja sama dengan CNN International, UNESCO, dan Federasi Asosiasi Produser Film Internasional (FIAPF) baru pertama kali diadakan dan menjadi festival film terbesar di Queensland dengan melibatkan insan perfilman seperti dari Korea Selatan, Turki, Libanon, Iran, India, dan Israel. Mengenai maraknya festival film, budayawan Putu Wijaya mengatakan bahwa hal itu merupakan puncak segala kegiatan film yang sekaligus juga memetakan arah industri perfilman di masa datang. "Dari festival akan terlihat mau ke mana industri film," kata Putu Wijaya selaku Ketua Dewan Juri Festival Film Indonesia (FFI) 2007, dalam jumpa pers baru-baru ini. Sedangkan sineas Garin Nugroho mengatakan festival film sebagai peristiwa penting yang memberikan gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan industri film itu sendiri. 200 Film Pada ajang Jiffest 2007 akan diputar sekitar 200 film dari 30 negara di sejumlah bioskop dan gedung pertunjukkan seperti Djakarta XXI, Kineforum, Goethe Institut, Erasmus Huis, dan Blitz Megaplex. Ketua Jiffest Shanty Harmayn optimistis penyelenggaraan Jiffest tahun ini bakal disaksikan lebih banyak penonton, melebihi rekor tahun lalu dengan jumlah penonton sebanyak 63 ribu orang dan tahun 2005 yang ditonton 47 ribu orang. "Jiffest menayangkan film-film berkualifikasi Oscar," kata Shanty yang juga Ketua Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia. Film-film berkualifikasi merebut Oscar yang disebutkan Shanty antara lain "Persepolis" (Prancis), "881" (Singapura), "4 Months, 3 Weeks & 2 Days" (Rumania), "The Year My Parents Went on Vacation" (Brazil), "Hula Girls" (Jepang), "The Blossoming of Maximo Oliveros" (Filipina), "Donsol" (Filipina), "Pao`s Story" (Vietnam), dan "Indigenes" (Aljazair). Jiffest 2007 juga bakal menayangkan film-film Indonesia produksi akhir 2006 hingga 2007. Untuk menarik jumlah penonton, penayangan film-film pada Jiffest 2007 masih seperti tahun-tahun lalu; gratis. Shanty bahkan mengajak publik untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan menonton film-film terbaik dari luar negeri karena film-film itu secara khusus didatangkan hanya untuk diputar dalam Jiffest. "Karena setelah penayangan film-film itu akan dikembalikan ke negeri asalnya dan tak dapat ditonton lagi. Jadi nikmatilah Jiffest," katanya. Seperti pada tahun lalu, Jiffest 2007 juga bakal memilih film Indonesia terbaik, sutradara Indonesia terbaik, dan penghargaan khusus. Penjurian Sementara itu ajang FFI 2007 akan menitikberatkan pada masalah penjurian yang lebih baik agar kasus FFI 2006 tak terulang lagi. Pada FFI 2006 dewan juri memenangkan film "Ekskul" sebagai film terbaik tetapi kemudian diprotes sebagian kalangan insan perfilman yang meragukan orisinalitas film tersebut. Para pemrotes itu mengembalikan puluhan Piala Citra kepada pemerintah. Anugerah yang didapat "Ekskul" kemudian dibatalkan oleh Badan Pertimbangan Perfilman Nasional. Putu Wijaya mengatakan, dewan juri dalam bekerja hanya akan memikirkan bagaimana memberikan penjurian yang baik. Penjurian dalam FFI 2007 dibagi untuk tiga kategori juri yakni juri film bioskop, juri film dokumenter dan juri film pendek. Selain Putu Wijaya, dewan juri untuk kategori film bioskop beranggotakan Didi Petet, Harry Sabar, Garin Nugroho, Astari Rasyid (perupa), dan Arya Gunawan (pemerhati film). Untuk kategori film dokumenter, jurinya adalah Iwan Wahab (sutradara, produser), Hardo Sukoyo (wartawan, kritikus film). Sedangkan juri kategori film pendek adalah Karr Kwee (dosen Seni Film di Universitas Trisakti, produser film iklan), dan Hadi Artomo (juru kamera, juru suara film). Menurut Garin, film bioskop yang sudah terdaftar untuk diseleksi sekitar 30-40 buah antara lain "Get Married", "Sundel Bolong", "Kamulah Satu-Satunya" (sutradara Hanung Bramantyo), "Hantu Bangku Kosong", "Lantai 13" (Helfi Kardit), "Suster Ngesot", "Lawang Sewu" (Arie Azis), "D`Bijis", "Merah Itu Cinta" (Rako Prijanto), "Bali Forever" (Rima Melati), "Naga Bonar Jadi 2" (Deddy Mizwar). Lalu film "Mengejar Mas-Mas" (Rudy Soedjarwo), "Love is Cinta" (Hanny R. Saputra), "Kangen" (Nayato Fio Nuala), "Badai Pasti Berlalu" (Teddy Soeriatmadja), "Kala" (Joko Anwar), "Kuntilanak" (Rizal Mantovani), "Pesan Dari Surga" (Sekar Ayu Asmara), "Sang Dewi" (Dwi Ilalang), "Tentang Cinta" (Sonny Gokassak), "Anak-anak Borobudur" (Arswendo Atmowiloto), "Lari dari Blora" (Akhlis Suryapati), "Selamanya" (Ody C Harahap), dan "Coklat Stroberi" (Ardy Octaviana). Jumlah peserta kategori film bioskop pada FFI 2004 tercatat 36 film, FFI 2005 diikuti 29 film, dan FFI 2006 diikuti 30 film. Sementara itu, peserta untuk kategori Film Dokumenter pada FFI 2007 tercatat 40 judul, dan Film Pendek sebanyak 47 judul. Berkaca pada peristiwa tahun lalu, penjurian FFI 2007 secara tegas menolak karya film yang mengandung unsur ketidakaslian. Menurut Putu Wijaya, sebuah karya film yang dibuat berdasarkan inspirasi cerita lain masih dapat dibenarkan, tetapi itu pun harus diberikan keterangan pada detil film. "Kalau ada penggunakan musik atau lagu orang, dibenarkan sepanjang diberikan penjelasan di dalam filmnya," kata Putu. Pengecualian hanya diberikan pada penggunaan karya-karya anonim (tidak diketahui penciptanya), tetapi itu pun harus dipertimbangkan secara matang. Ia mencontohkan, dalam kasus film "Nusa Penida" yang menggunakan lagu-lagu Bali, dan belakangan memicu protes dari masyarakat Bali lantaran dibuat tidak seperti dalam suasana kejiwaan yang terkandung dalam lagu-lagu tersebut, juga akan dipertimbangkan dalam penjurian. Selebihnya, jika sebuah karya film yang telah dinyatakan menang dalam FFI, tetapi di kemudian hari diketahui telah melakukan penjiplakan, maka kemenangannya dapat dibatalkan. 40 Wartawan Sedangkan Festival Film Jakarta yang diselenggarakan sebuah stasiun televisi swasta lokal di DKI Jakarta dan sebuah tabloid infotainment, menghadirkan 40 wartawan sebagai juri verifikasi. Para juri verifikasi itu telah menjalani masa lokakarya pada 29 sampai 31 Oktober 2007. Jumlah film nasional yang diseleksi pun berjumlah 41 film produksi Oktober 2006 hingga September 2007. Festival Film Jakarta tahun 2007 merupakan perhelatan kedua setelah festival pertama berlangsung pada 2006. Untuk tahun 2007, Festival Film Jakarta menyediakan Penghargaan Utama terdiri atas belasan kategori seperti Film Terpilih, Pemeran Utama Pria Terpilih, Pemeran Utama Wanita Terpilih, Penulis Skenario Terpilih, Sutradara Terpilih, Pemeran Pembantu Pria Terpilih, Pemeran Pembantu Wanita Terpilih, Penata Gambar Terpilih, Penata Suara Terpilih, Penyunting Gambar Terpilih, Penata Cahaya Terpilih, Penata Musik, Penata Artistik Terpilih, Pendatang Baru Pria Terpilih, Pendatang Baru Wanita Terpilih. Selain itu terdapat Penghargaan Khusus terdiri atas Tokoh Perfilman, Film Terlaris 2007, dan Kritik Film Terpilih. Siapapun atau film apapun yang meraih penghargaan pada beragam festival film tersebut, pentas seni budaya di Tanah Air bakal terus bergulir. Nggak ada matinya.(*)

Pewarta: Oleh Budi Setiawanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007