Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menegosiasikan pembiayaan pembangunan pembangkit Suralaya dan Paiton dengan pihak Bank Exim China. "Pembiayaan pembangunan pembangkit di Suralaya dan Paiton saat ini sedang dalam proses negosiasi dengan China Exim Bank," kata Direktur Keuangan PLN, Parno Isworo. Parno mengungkapkan hal itu dalam jumpa pers progres program percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap batu bara 10.000 MW di Jakarta, Rabu. Hadir pula dalam kesempatan itu Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu (BKF), Anggito Abimanyu dan Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto. Parno menjelaskan, pembangkit di Suralaya berkapasitas 1x625 mw dan Paiton berkapasitas 1x660 MW merupakan bagian dari lima kontrak engeenering, procurement, and construction (EPC) yang telah ditandatangani pada Maret 2007. Menurut dia, untuk tiga proyek lainnya yaitu Labuhan (2x315 mw), Indramayu (3x330 MW), dan Rembang (2x315 MW), PLN telah menunjuk beberapa bank sebagai coordinating arrangement. Pendanaan dari perbankan merupakan kelanjutan dari penerbitan obligasi internasional PLN sebesar 2 miliar dolar AS pada 2006 dan 2007. Ia menyebutkan, Bank BCA ditunjuk sebagai pemimpin persiapan porsi pinjaman rupiah untuk proyek Labuhan, Bank BNI di proyek Indramayu, dan Bank Mandiri di proyek Rembang. Sementara dua konsorsium bank internasional yaitu Bank of China dan Barclays juga ditunjuk secara terpisah mempersiapkan porsi pinjaman dolar AS masing-masing untuk proyek Indramayu dan Rembang. Sedangkan penunjukkan coordinating arrenger dolar AS di proyek Labuhan dilakukan pekan depan. "Total kebutuhan pinjaman rupiah untuk ketiga proyek mencapai Rp4,4 triliun, sementara pinjaman dolar AS adalah 1,1 miliar dolar AS," katanya. PLN akan menjadi debitur langsung pinjaman berjangka waktu 10 tahun untuk rupiah dan 12 tahun atau lebih untuk dolar AS. "Meski PLN menjadi debitur langsung, tapi Departemen Keuangan memberi jaminan penuh pemerintah untuk mendukung kewajiban PLN dalam pinjaman ini," kata Parno. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007