Jakarta (ANTARA News) - Direktur Perum Bulog Mustafa Abubakar menilai Indonesia memiliki peluang untuk mengekspor beras ke pasar internasional. Di sela kegiatan "Penanaman 10 ribu Pohon" di komplek Perumahan Bulog di Bekasi, Sabtu, dia mengatakan, produksi beras dunia saat ini mengalami penurunan akibat bencana alam yang menimpa beberapa negara produsen. "Kondisi tersebut mengakibatkan persaingan perdagangn beras di pasar dunia sangat tajam," katanya. Menurut dia, kondisi tersebut harus diwaspadai karena kalau produksi beras dalam negeri sulit ditingkatkan maka Indonesia akan mengimpor lagi. Sebaliknya, tambahnya, hal itu juga bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan produksi serta kualitas beras nasional. Dia mengatakan, produsen sekaligus eksportir beras dunia seperti China, Vietnam dan India mengutamakan beras mereka untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri akibat bencana banjir. Sedangkan Thailand yang relatif aman produksinya harus diperebutkan oleh banyak negara, sehingga Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada impor beras. Mustafa mengatakan, salah satu upaya meningkatkan produksi beras nasional yakni dengan menekan angka kehilangan hasil panen yang masih tinggi yakni mencapai 20,4 persen dari produksi nasional. "Kami mengharapkan angka kehilangan panen tersebut paling tidak bisa ditekan sebesar 2,5 persen," katanya. Dikatakannya, jika produksi beras nasional diperkirakan 33 juta ton per tahun maka dengan pengurangan angka kehilangan hasil 2,5 persen akan didapat tambahan produksi sekitar 600.000 ton. Sementara itu jika produktivitas tanaman mampu ditingkatkan dari empat ton per hektar menjadi lima ton per hektar maka akan diperoleh tambahan produksi sebesar 20 persen dari saat ini. Saat ini produksi padi nasional sekitar 55 juta ton gabah kering giling (GKG) maka jika dapat dinaikkan 20 persen akan ada tambahan 1,25 juta GKG. "Dengan penurunan angka kehilangan dan peningkatan produktivitas akan diperoleh penambahan hasil dua juta ton tanpa perluasan areal," katanya. Jika hal itu terealisasi, tambahnya, maka tidak diperlukan lagi impor beras seperti yang terjadi saat ini hingga 1,5 juta ton, bahkan Indonesia bisa mengekspor. "Saya yakin pada tiga tahun ke depan Indonesia tidak hanya swasembada beras namun juga bisa mengekspor ke luar," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007