Gresik (ANTARA News) - PT Semen Gresik Tbk belum berencana menerbitkan obligasi konversi (convertible bond) sebagai salah satu sumber pendanaan untuk merealisasikan pembangunan pabrik baru dan proyek investasi lainnya. Pernyataan itu disampaikan Direktur Utama PT Semen Gresik, Ir Dwi Sutjipto saat ditemui wartawan di Gresik, Sabtu, menanggapi munculnya isu soal rencana penerbitan obligasi konversi sekitar 500 juta dolar AS pada 2008 mendatang. "Sampai saat ini belum diputuskan mengenai sumber pendanaan untuk pembangunan pabrik baru dan rencana proyek korporasi lainnya. Jadi isu-isu seperti itu tidak benar," katanya. Ia menjelaskan, pihaknya memang memerlukan dana lumayan besar untuk membiayai proyek pembangunan pabrik baru yang rencananya dimulai 2008 mendatang. Ada tiga alternatif pendanaan yang bisa dilakukan perusahaan, yakni menggunakan dana internal, pinjaman bank dan penerbitan "bond" (obligasi). "Tapi sampai sekarang belum diputuskan. Rencananya dalam RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) pada 10 Desember mendatang, dari ketiga alternatif itu akan dimintakan persetujuan dari pemegang saham," ujar Dwi Sutjipto. Untuk pembangunan pabrik baru, Semen Gresik diperkirakan memerlukan dana tidak kurang dari 600 juta dolar AS. Sampai saat ini, Semen Gresik belum mengungkapkan lokasi pabrik baru yang akan dibangun. Selain pabrik baru, produsen semen penguasa sekitar 45 persen pasar dalam negeri itu juga berencana membangun pembangkit listrik dengan investasi lebih dari 500 juta dolar AS. Dwi Sutjipto mengakui bahwa penerbitan obligasi konversi bisa mengakibatkan saham perseroan terdilusi, jika perseroan tidak mampu membayarnya dan harus mengganti dengan penyertaan saham. "Kemungkinan memang seperti itu. Tapi saya tegaskan bahwa rencana itu (penerbitan obligasi konversi) belum pernah ada, jadi tunggu saja hasil RUPSLB mendatang," katanya. Mengenai kabar pergantian direksi yang akan menjadi salah satu agenda RUPSLB mendatang, Dwi Sutjipto mengatakan masalah itu akan diserahkan sepenuhnya kepada pemegang saham.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007