Moskow (ANTARA News) - Partai Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperoleh kemenangan dengan kelebihan suara sangat besar dalam pemilihan parlemen, tetapi Amerika Serikat menekankan, agar klaim oposisi mengenai pelanggaran pemilihan diselidiki. Partai Rusia Bersatu memperoleh 63,1 persen suara, demikian hasil resmi dengan 40 persen suara telah dihitung. Hasil itu dipuji oleh pihak Istana Kremlin, yang menggambarkan pemilihan tersebut sebagai referendum mengenai catatan Putin ketika memancangkan klaimnya untuk memperoleh kembali peran besar setelah mundur tahun depan. "Ia dan partainya telah menerima dukungan suara melimpah. Ini sangat penting dari sudut pandang keberlanjutan pembaruan yang telah dimulai dalam delapan tahun terakhir," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Namun, Peskov menegaskan bahwa Putin "pasti" akan menyerahkan kepresidenan setelah pemilihan presiden 2 Maret 2008. Konstitusi mencegah Putin untuk mencalonkan diri lagi. Rusia Bersatu dan sekutunya, Rusia yang Adil dan Partai Demokrat Liberal, akan masuk Duma Negara yang memiliki 450 kursi dengan 78,2 persen suara bersama-sama, menurut penghitungan suara cepat oleh Pusat Seluruh-Rusia untuk Studi mengenai Pendapat Umum. Komunis, satu-satunya partai oposisi yang melewati threshold untuk satu kursi, mendapat 11,5 persen suara, menurut penghitungan suara cepat. Komunis mengatakan mereka akan menggugat hasil itu di pengadilan karena adanya ketidakberesan pemilihan. Ketujuh partai lainnya, termasuk oposisi liberal, gagal melintasi ambang pintu tujuh persen untuk satu kursi. Itu untuk pertama kali sejak Soviet runtuh pada 1991 oposisi liberal gagal memperoleh satu kursi. Pemilihan itu telah dirusak oleh tuduhan bahwa Kremlin telah mencurangi pertarungan, menggunakan undang-undang pemilihan baru yang kontroversial dan media pemerintah untuk menjamin kemenangan partai presiden. "Kami tidak percaya jumlah yang diumumkan oleh komisi pemilihan pusat dan kami akan mengadakan penghitungan yang paralel," pemimpin Partai Komunis Gennady Zyuganov mengatakan seperti yang dikutip kantor berita Interfax. Kepala kantor hukum partai Komunis, Vadim Solovyov, mengatakan para pengamat partai telah mencatat lebih dari 10.000 pelanggaran pemilihan pada saat pemilihan. Bekas juara catur dunia Garry Kasparov, yang sekarang memimpin kelompok Rusia yang Lain, meremehkan pemilihan itu sebagai sandiwara" dan "dicurangi sejak awal". Ia mengatakan akan meletakkan karangan bunga pemakaman di luar gedung Komisi Pemilihan Pusat di Moskow Senin ini untuk belasungkawa atas kematian demokrasi Rusia. "Kami telah menyaksikan kampanye tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pemilih," kata Alexander Kynev di Golos, badan pengawas pemilih independen yang menerima dana EU dan pemerintah AS. Tuduhan itu telah meningkatkan lagi kecaman internasional. "Laporan awal dari Rusia mencakup tuduhan pada hari pemilihan. Kami minta pihak berweang Rusia untuk menyelidiki klaim itu," kata jurubicara Gedung Putih Gordon Johndroe. Republik Cheko mengatakan "kampanye pemilihan tidak memenuhi standar demokratis". Komposisi parlemen Rusia pada masa depan akan senantiasa tetap dalam bayangan keraguan mengenai keadaan sekitar" pemilihan, kata pernyataan kementerian luar negeri Cheko. Misi pengawas Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) untuk pemilihan itu telah dibatalkan dengan misi tersebut mengeluhkan kurangnya kerjasama Rusia. Kanselir Jerman Angela Merkel telah menyampaikan keraguannya mengenai pemilihan itu pada malam pemilihan. Putin menuduh OSCE memainkan politik dengan dukungan dari Washington untuk mencemarkan pemilihan. Kemenangan yang menghancurkan itu kembali mengalihkan perhatian pada rencananya. Putin telah mengatakan bahwa kemenangan besar akan memberinya mandat "moral" untuk memperoleh peran dalam memerintah negara itu yang sekarang bergelora dengan kekayaan minyaknya. Sejumlah pengamat dan politikus mengatakan bekas agen KGB itu dapat membuat perubahan konstitusi untuk memindahkan kekuasaan dari kepresidenan ke satu jabatan baru. Atau ia dapat mengambil seorang yang setia pada pemilihan presiden 2 Maret dan memperoleh kekuasaan dari balik layar. Yevgeny Volk, seorang pengamat pada Heritage Foundation yang bermarkas di Washington, mengatakan opsi Putin masih terbuka. "Kemenangan itu dapat diinterpretasikan sebagai mandat blanko untuk revisi konstitusi," kata Volk. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007