Jakarta (ANTARA) - Abigail Wu tampak serius saat memberikan penjelasan mengenai proyek sains yang dikerjakan bersama rekannya. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Cendekia Harapan Bali itu membuat miniatur turbin yang saring yang digunakan untuk menyaring sampah yang ada di sungai.

"Dengan turbin ini, sampah-sampah langsung tersaring dan ada juga alat untuk menyaring air sehingga air yang dihasilkan lebih bersih," kata Abel panggilannya.

Ia mengaku mengerjakan proyek sains tersebut selama dua minggu. Ide awalnya berasal dari pengamatannya di lingkungan sekitar yang mana masih banyak sampah yang ditemukan. Dari situ, ia dan temannya berupaya membuat turbin saring.

Ada juga alat untuk mengukur tingkat keasaman air yakni Tirta Amerta, yang dibuat oleh siswa lainnya yakni Shena Abigail. Dengan alat tersebut dapat mengukur keasamanan air sekaligus menetralisir air tersebut menjadi normal. Contohnya, mengukur tingkat keasaman pada air di kolam renang dan kemudian menetralisirnya.

Selain itu juga ada alat pengolahan limbah jerami menjadi silica gel. Silica gel itu digunakan untuk mengganti freon AC. Silica gel itu ditemukan siswa SMA Cendikia Harapan, Fina Setiawan. Fina mengatakan timnya tertarik mengolah limbah jerami yang sering kali dibakar.

"Asap pembakarannya bisa menyebabkan polusi udara," tambah Fina.

Fina menjelaskan, ia dan teman-temannya dibantu para guru, mengolah sisa jerami yang tak berguna itu menjadi produk bernilai tinggi. Jerami dibakar selama 18 jam dengan temperatur 750 derajat lalu diekstraksi dan diolah menjadi silica gel yang bisa menggantikan freon AC. Ia memberi nama silica gel tersebut dengan nama JAC atau jerami untuk AC.

Ide mengubah limbah jerami menjadi silica gel itu berawal dari keprihatinannya dengann kondisi lingkungan saat ini. Apalagi selama ini jerami dibakar dan menimbulkan polusi udara yang mengganggu pernapasan.

Tidak hanya menjadi silica gel, limbah jerami juga bisa diolah menjadi keramik yang menyala dalam gelap dan gigi palsu. Hal tersebut jarang disadari oleh masyarakat,

"Harus ada inovasi untuk menjawab permasalahan polusi. Contohnya, plastik yang digunakan saat ini, bisa digantikan plastik dari bahan singkong yang aman bagi lingkungan," kata Fina.

Sejumlah inovasi sekolah juga dipamerkan pada ajang Hari Sains seperti limbah minyak jelanta diolah menjadi sabun cuci tangan, sabun pel dan sabun cuci piring.

Selanjutnya sampah dari bunga bunga kenanga dan kamboja, dan kulit jeruk lalu diubah menjadi pengharum untuk sabun sabun tersebut.Tanaman obat lainnya yang cenderung dikucilkan karena rasa dan baunya yang tidak disenangi juga disulap menjadi produk-produk yang menarik seperti dodol jahe, wedang dan coklat rempah.

Juga ada kapal auto pilot untuk dapat mengurangi awak kapal serta meningkatkan produktivitas kapal. Prototype kapal auto pilot diharapkan mampu mengatasi permasalahan transportasi laut. Ada juga rintisan transportasi darat, yang mampu mendeteksi keberadaan objek-objek di sekelilingnya sehingga bisa mengurangi banyaknya kecelakaan di darat.


Solusi dari permasalahan

Kepala Sekolah Cendikia Harapan Dr Lidia Sandra mengatakan sekolahnya terus berupaya menggugah siswa untuk peduli dengan permasalahan di lingkungannya dan mencari solusi dari permasalahan itu.

"Melalui hal itu, siswa belajar sains tidak hanya dari teori tetapi juga praktiknya," kata Lidia.

Belajar sains jika hanya dari teori yang ada di buku, kata dia, akan sulit memahami penerapan dari teori-teori yang ada. Namun, dengan proyek sains, siswa mengerti teori sekaligus praktik dari teori sains itu.

Sebelumnya, karya-karya siswa tersebut dipamerkan dalam Sience Day yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Sejumlah karya hasil inovasi siswa yakni Tirta Amerta, Melali, Zero Waste Management, dan Space Saving Design Product.

"Kami berusaha berbagi solusi nyata dalam menjawab permasalahan yang ada di masyarakat," kata Lidia.

Dengan adanya pameran sains yang diselenggarakan Kemenristekdikti setiap tahunnya itu, Lidia berharap minat generasi muda untuk belajar sains semakin meningkat di tengah terpaan media sosial dan games online.

“Kita mengajak anak-anak untuk menyadari masalah di sekeliling dan berbagi apapun yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tidak harus megah atau glamor, tetapi harus dapat bermanfaat dan mengatasi permasalahan yang ada di sekitar," kata Lidia.

Melalui upaya berbagi itu diharapkan dapat menjadi penawar atas derasnya sifat individualistis yang masif akhir-akhir ini. Pihaknya berupaya menggalang kerja sama dengan banyak pihak untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.

Direktur Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan Teknologi (PP-Iptek) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristedikti) Mochammad Syachrial Annas mengatakan kegiatan tersebut memberdayakan iptek sejak usia dini.

"Pameran sains hasil karya siswa ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap iptek dan memberikan inspirasi bagi anak-anak muda bangsa Indonesia untuk mendalami dan memajukan iptek di Tanah Air," kata Syachrial.

Pameran juga merangsang keingintahuan anak dan mengajak mereka mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi saat ini juga mendatang.

Pameran sains yang diselenggarakan pekan lalu itu juga diikuti sejumlah perguruan tinggi yang menawarkan berbagai inovasi untuk bangsa.*


Baca juga: Guru harus dorong siswa punya budaya meneliti

Baca juga: Siswa Indonesia boyong tiga emas di olimpiade sains internasional




 

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019