Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Sekjen PBB, Ban Ki-moon memperingatkan bahwa Bali, yang disebutnya sebagai pulau terindah di dunia dan saat ini menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim yang dihadiri lebih dari 10.000 perwakilan dari berbagai negara, juga terancam perubahan iklim dan dikhawatirkan hilang dari peta bumi. Karena itu, ia meminta para pemimpin dunia yang akan bertemu pada Konferensi Bali minggu depan mencurahkan usaha untuk menyelamatkan Bali dan dunia dari dampak perubahan iklim. "Akankah Bali suatu hari akan menjadi 'surga yang hilang'? Atau akan bertahan, kembali menjadi surga? Itu semua tergantung dari kita sendiri, pertemuan para pemimpin dunia pekan depan di Bali", kata Ban kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York, Kamis. Pada kesempatan itu, Ban mengungkapkan bahwa ia pada Sabtu (8/11) akan bertolak dari New York menuju Bali untuk menghadiri Konferensi Bali yang disebutnya sebagai pertemuan terbesar selama ini. Konferensi Bali dihadiri oleh lebih dari 10.000 perwakilan berbagai negara, termasuk kalangan kepala negara/kepala pemerintahan, menteri luar negeri, menteri keuangan, menteri perdagangan dan menteri lingkungan, dan diliput oleh sekitar 1.200 jurnalis dari berbagai negara. Ia menekankan bahwa masalah pemanasan global telah menjadi agenda utama dunia internasional dan karena itu berharap bahwa Konferensi Bali akan menjadi momentum dan keinginan kuat untuk bertindak mengatasi pemanasan global. Tujuan utama yang harus dicapai dalam konferensi di Bali, katanya, adalah adanya kesepakatan yang menyeluruh dari semua negara untuk menangani perubahan iklim. "Di Bali, kita harus menentukan agenda --peta jalan menuju kehidupan yang lebih baik, digabungkan dengan kerangka waktu untuk menghasilkan kesepakatan pada 2009," kata Ban, mengacu kepada kesepakatan yang diharapkan akan timbul setelah Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012. Ban Ki-moon mengatakan dirinya berjuang sangat keras untuk membuat Konferensi Bali menjadi pertemuan yang sukses dalam upaya menghasilkan kesepakatan penanganan masalah pemanasan global pasca berakhirnya Protokol Kyoto. "Setiap hari selama berbulan-bulan saya melakukan pertemuan dan berbicara melalui telepon dengan para pemimpin di seluruh dunia... Saya akan terus melakukannya," ujar Ban. Di antara pemimpin dunia yang ia sebut termasuk Presiden AS George W Bush, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Manmohan Singh, PM China Wen Jiabao dan PM Australia Kevin Rudd. Ban juga mengatakan bahwa sejak hari pertama menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB, ia memang telah memusatkan perhatiannya terhadap masalah perubahan iklim. "Saya telah berkeliling ke Antartika, Amazon, Andes, Lake Chad dan Afrika Tengah dalam upaya untuk menarik perhatian dunia terhadap masalah ini. Sekarang ke Bali, yang sejauh ini merupakan momen terbesar," ujarnya. Ia menyadari bahwa dunia hanya memiliki waktu dua tahun untuk berupaya mencapai kesepakatan pada tahun 2009. "Mungkin sulit, tapi kita tidak punya pilihan. Ilmu pengetahuan telah berbicara dengan jelas. Perdebatan sudah berakhir. Sudah saatnya kita membicarakan penyelesaian masalah ini. Kita jangan hanya berpikir untuk kita sendiri, melainkan juga untuk anak cucu kita nanti," kata Ban. (*)

Copyright © ANTARA 2007