Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, menguat tipis, karena pelaku pasar kembali membeli rupiah dalam jumlah yang kecil, di tengah suasana pasar sedangmenunggu hasil pertemuan bank sentral AS (The Fed). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik tipis empat poin menjadi Rp9.262/9.273 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.266/9.275 atau naik empat poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan ekspektasi penurunan suku bunga AS oleh The Fed merupakan faktor pendukung menguatnya rupiah. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunganya 25 basis poin untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung melambat, katanya. Karena itu, lanjut dia, sebagian besar pelaku pasar masih berdiam diri, mereka menunggu keputusan The Fed mengenai suku bunga pada hari berikut. Akibatnya, aktivitas perdagangan uang di pasar domestik kurang bergairah, karena mereka memfokuskan perhatian pada sidang The Fed yang akan berlangsung pada hari ini, katanya. Kenaikan rupiah yang relatif kecil itu, karena dolar AS di pasar regional cenderung menguat. Dolar AS terhadap yen naik 0,2 persen menjadi 111,90, sedangkan euro stabil terhadap dolar AS pada 1,4710, dolar Australia naik 0,3 persen menjadi 99,05 yen. Rupiah, menurut dia, kemungkinan akan kembali menguat lebih besar, setelah The Fed mengumumkan penurunan suku bunganya. Karena itu, pelaku asing diperkirakan akan kembali memasuki pasar Indonesia dengan menempatkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan obligasi melihat perbedaan suku bunga rupiah terhadap dolar AS tetap tinggi, katanya. Ia mengatakan, penurunan suku bunga The Fed akan mendorong rupiah mendekati level Rp9.200 per dolar AS, meski saat ini pergerakan kedua mata uang itu berada dalam kisaran antara Rp9.250 hingga Rp9.280 per dolar AS. Rupiah saat ini dinilai cukup bagus dengan posisi berada di bawah level Rp9.300 per dolar AS, karena peran Bank Indonesia (BI) yang terus menjaga kestabilan mata uang lokal itu, ucapnya.

Copyright © ANTARA 2007