Jakarta (ANTARA News) - Para pengusaha di Indonesia harus semakin mewaspadai tingkat perpindahan atau hengkangnya para tenaga ahli dalam negeri yang berprestasi tinggi (top performing employees) atau ke berbagai negara, misalnya dari sektor minyak bumi dan gas serta perbankan, karena imbalan yang diberikan industri lokal jauh di bawah yang diberikan negara-negara lain. "Kehilangan karyawan berprestasi tinggi dan karyawan dengan keahlian khusus ini sudah menjadi masalah yang perlu diwaspadai oleh industri di Indonesia. Contohnya adalah di sektor migas, karena sudah ada indikasi aliran positif dari Indonesia ke luar negeri, misalnya ke Arab Saudi, Malaysia bahkan Eropa," kata Manajer Konsultan Watson Wyatt, Lilis Halim, di Jakarta, Selasa. Lilis Halim yang merupakan ahli di bidang pembinaan SDM mengatakan lebih tingginya tingkat imbalan yang diberikan perusahaan-perusahaan di berbagai negara terhadap tenaga Indonesia jika dibandingkan dengan penghargaan yang diberikan perusahaan domestik mengakibatkan masalah yang dihadapi perusahaan Indonesia untuk mempertahankan para pekerjanya jauh lebih ruwet dibandingkan negara-negara lain.. "Masalah yang sama dalam tingkatan yang lebih rendah juga dihadapi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mempertahankan karyawan dengan keahlian khusus atau critical skilled employee ," kata Lilis. Ia menyebutkan salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya imbalan yang diberikan perusahaan Indonesia adalah paket renumerasi atau imbalan masih dikaitkan dengan keadaan rata-rata domestik. Ia memberi contoh survei yang dilakukan perusahaan Watson Wyatt mengungkapkan bahwa tingkat turn over untuk posisi-posisi penting yang mencakup jenjang manajerial hingga ke atasnya pada industri perbankan antara 6,3 hingga 7.5 persen, sedangkan pada industri umumnya ada pada kisaran 0,1 hingga 0,7 persen. "Survei ini mencoba mengkaji bagaimana perusahaan-perusahaan mengatasi masalah merekrut atau attraction dan mempertahankan (retention) karyawan yang dikaitkan dengan praktek manajemen reward," ata Lilis.. Ia menyebutkan pula bahwa di tanah air terdapat perbedaan pandangan atau pemahaman antara perusahaan dengan karyawan mengenai alasan karyawan untuk tetap bekerja atau tidak di perusahaan itu. "Perusahaan menganggap reputasi perusahaan merupakan hal yang paling penting. Sedangkan karyawan menganggap alasan terpenting adalah sifat pekerjaan," kata tokoh Watson Wyatt itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007