Bandarlampung (ANTARA News) - Kondisi kelistrikan di Lampung saat ini secara umum masih "pas-pasan" atau tidak lagi kekurangan pasokan listrik bagi konsumen pelanggan, tapi juga tidak berlebihan walaupun saat sewaktu-waktu terjadi gangguan pada pembangkit maupun peralatan yang ada, masih dapat menerapkan kebijakan pemadaman bergilir ("byar-pet"). Deputi Manajer Komunikasi PT PLN (Persero) Wilayah Lampung, G Wisnu Yulianto, di Bandarlampung, Kamis, menyebutkan saat ini masalah keterbatasan pasokan daya listrik di Lampung sudah dapat tercukupi dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan. Namun, menurut Wisnu, kondisi itu bukan berarti Lampung sudah terbebas sepenuhnya dari ancaman defisit daya listrik. Beban puncak ("peak load`) pasokan listrik di Lampung bagi 840.035 pelanggan antara pukul 18.00-22.00 setiap hari, berkisar 370-380 Mega Watt (MW). Pasokan listrik untuk memenuhi beban daya itu, diantaranya dari beberapa pembangkit listrik lokal di Lampung (PLTA, PLTG, dan PLTD) yang dapat memenuhi sampai 120-130 MW serta dukungan sejumlah pembangkit listrik yang ada di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) melalui sistem interkoneksi yang dapat memasok sekitar 190-200 MW. Tanpa tambahan pembangkit baru di PLTU Tarahan yang bisa memasok--baru dua unit bisa beroperasi--dengan kapasitas sebesar 2x100 MW yang telah dapat memasok listrik sekitar 180-190 MW, hingga pertengahan tahun 2007, daerah Lampung masih mengalami defisit daya listrik 60-80 MW. "Setelah PLTU Tarahan beroperasi, defisit pasokan daya listrik di Lampung mulai dapat teratasi, paling tidak sudah tercukupi," kata Wisnu pula. Padahal PLTU itu masih dalam proses ujicoba dan baru dua unit yang beroperasi, dengan dua unit tambahan sedang dalam proses pembangunan. Kendati begitu, menurut Wisnu, setiap kali terjadi gangguan pada pembangkit yang ada di Lampung maupun interkoneksi, dapat mengganggu pasokan listrik bagi konsumen di Lampung. Gangguan itu, diantaranya kerusakan peralatan listrik yang dimiliki maupun gangguan pada pembangkit, seperti pembangkit tenaga air (PLTA) yang kurang dapat berfungsi optimal pada saat kemarau akibat debit air yang digunakan untuk menjadi daya listrik mengalami penyusutan drastis.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007