Jakarta (ANTARA News) - Salat Idul Adha 1428 Hijriah di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, yang dilaksanakan 19 Desember 2007 atau sehari lebih awal dari ketentuan pemerintah, yakni 20 Desember 2007, tidak menginduk pada organisasi keagamaan mana pun. Ketua Tamir Masjid Agung Al Azhar, Shobahussurur, di Jakarta, Rabu, mengatakan dalam setiap pelaksanaan shalat Idul Adha pihaknya dari tahun ke tahun selalu mengacu pada waktu wukuf di Arafah bersamaan ibadah haji. "Kami tidak mengacu pada organisasi keagamaan mana pun, tetapi berdasarkan waktu wukuf. Pelaksanaan wukuf di Mekah tahun ini dilakukan Rabu dinihari tadi," katanya, usai ssalat Ied di halaman Masjid Al Azhar. Shobahussurur yang juga bertindak sebagai khotib shalat Ied itu mengatakan Masjid Al Azhar dalam penentuan jadwal shalat Ied berdasarkan pada ketentuan Rabithah Al Islamiah tahun 1975 dan hasil sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI) 1975. Menanggapi adanya perbedaan waktu pelaksanaan shalat Idul Adha tahun ini, menurut dia, hal itu tidak perlu dipersoalkan karena penentuan yang dilakukan setiap umat juga berdasarkan pada syar`i dan keilmuan. Sementara itu, dalam khutbahnya, dia mengatakan kondisi bangsa Indonesia yang masih belum terlepas dari krisis multidimensional, baik ekonomi, politik maupun sosial yang telah berlangsung hampir 10 tahun. Menurut dia, krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tidak terlepas dari sikap seluruh bangsa yang tidak lagi menjunjung toleransi, solidaritas, saling menolong dan mengedepankan kedamaian. Antara masyarakat dengan pemerintah atau golongan satu dengan yang lain saling menuding, menyalahkan dan melempar tanggung jawab dalam menghadapi persoalan. "Dalam situasi krisis multidimensional seperti sekarang ini yang dibutuhkan adalah kearifan. Lebih banyak mengedepankan solidaritas, saling menolong dan membangun suasana damai penuh tenggang rasa," katanya. Kurban meningkat Menyinggung penyembelihan binatang kurban, Ketua Panitia Pelaksana Idul Adha Masjid Al Azhar, Abdurrahman Gayo. mengatakan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada 2006, menurut dia, jumlah binatang kurban yang dipotong di Masjid Al Azhar sebanyak dua sapi dan 120 kambing, sedangkan untuk tahun ini sembilan sapi serta 140 kambing. Total hewan kurban yang disalurkan masyarakat melalui Masjid Al Azhar pada 2007 hingga Selasa pukul 24.00 untuk kambing mencapai 928 ekor dan sapi 47 ekor. Menanggapi kemungkinan masuknya binatang kurban yang tidak sehat atau mengandung penyakit hewan, dia menyatakan pihaknya mewajibkan pemasok menyertakan surat kesehatan hewan, baik dari dinas peternakan setempat maupun dari DKI Jakarta. Selain itu, pihaknya juga melibatkan tenaga kesehatan hewan dari Dinas Peternakan DKI Jakarta untuk memeriksa hewan kurban sebelum dilakukan penyembelihan. Abdurrahman menyatakan daging kurban tersebut tidak hanya didistribusikan ke wilayah Jakarta dan kota sekitarnya, namun juga ke seluruh daerah di Indonesia yang membutuhkan. Untuk wilayah Jakarta, pada tahun ini Masjid Al Azhar menyediakan kupon penerimaan daging kurban sebanyak 2100 lembar untuk dibagikan kepada kaum dhuafa. Usai pelaksanaan shalat Ied, ratusan warga dari golongan miskin tampak mengantre untuk mendapat kupon penerimaan daging, padahal pembagian daging baru akan dilaksanakan sekitar pukul 14.00 WIB setelah penyembelihan selesai. (*)

Copyright © ANTARA 2007