Surabaya (ANTARA News) - Pakar geomatika Institut Teknologi Surabaya (ITS) memperkirakan dalam waktu enam bulan lagi, Jembatan Porong di Sidoarjo amblas karena land subsidance (penurunan tanah) . Beban lumpur yang menumpuk sejak 29 Mei 2006 lalu, menurut Ketua Tim Geomatika ITS Prof Ing Ir Teguh Hariyanto MSc, akan menyebabkan terjadinya penurunan tanah sehingga Jembatan Porong diprediksi amblas enam bulan lagi. "Tapi, kami belum tahu land subsidance yang besar akan terjadi kapan, karena kami masih melakukan penelitian, namun indikasi-nya sudah terjadi," katanya usai berbicara dalam simposium nasional tentang penanganan lumpur di rektorat ITS Surabaya, Rabu. Dalam simposium yang batal dihadiri Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, dan Menneg LH Rachmad Witoelar itu, ia mengatakan land subsidance yang besar akan terjadi tak lama lagi. "Karena itu, kemungkinan itu patut diwaspadai mulai enam bulan hingga satu tahun ke depan, sebab indikasi gerakan land subsidance ke arah pusat semburan (luapan) sudah terjadi," katanya. Bahkan, katanya, kondisi di lapangan saat ini sudah menunjukkan adanya penurunan di batas antara jembatan utama dengan penggal Jalan Raya Porong Sidoarjo yang dirasakan oleh kereta api. "Jembatan dan rel kereta api sudah mulai tertarik akibat penurunan itu, tapi prosesnya memang berlangsung lama, karena itu land subsidance itu harus diamati atau diteliti dari minggu ke minggu," katanya. Bila terjadi `gerakan` yang besar akan diinformasikan kepada masyarakat, karena land subsidance tidak akan merusak infrastruktur bila ada perkuatan atau vitalisasi dari infrastruktur yang ada. Dalam kaitan itu, kata ahli permukaan tanah (geomatika) ITS itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan PU, mana yang perlu dibongkar dan mana yang perlu diperkuat. "Sejauh ini, langkah yang dapat dilakukan untuk antisipasi adalah memperkecil dampak kerusakan untuk jalur lalu lintas, terutama angkutan berat yang harus `memutar` lewat Mojokerto," katanya. Secara identik, katanya, Jembatan Porong dengan Jembatan Tol Siring saat ini sudah hampir sama jaraknya dengan pusat semburan akibat terjadinya penurunan tanah. "Hanya saja konstruksi Jembatan Porong jauh lebih stabil dibandingkan kondisi jembatan tol," katanya. Menurut Rektor ITS Prof Priyo Suprobo MS PhD, hasil dari simposium akan diberikan kepada pemerintah. "Kita harus ikut bertanggung jawab terhadap penanganan lumpur itu, apalagi ITS sudah terlibat memberikan saran dan solusi teknis sejak juni 2006," katanya. Dalam simposium itu, Ir Djaja Laksana, selaku Ketua Tim Penanganan Lumpur LPPM-ITS mengatakan proses penanganan lumpur hingga saat ini masih berputar pada proses ganti rugi lahan yang terdampak, sedangkan relokasi dan penghentian lumpur masih belum. "Untuk penanganan lumpur, kami sudah menemukan tiga cara atau teori untuk menghentikan luapan lumpur, sejak satu tahun lalu starpump, energy balance system (EBS), dan Hukum Bernoulli," katanya. Namun hingga kini Tim ITS masih menunggu kepercayaan pemerintah untuk mengerjakannya. "Kami telah melakukan beberapa kali uji coba dan hasilnya selalu memuaskan, tapi kami menunggu," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007